Sebenarnya tertarik untuk mengolahnya menjadi sate. Namun, untuk membuat sate butuh waktu. Mulai dari memotong dagingnya, menyiapkan perlengkapan bakar seperti arang, tusuk bambu dan tempat bakar-bakar. Hingga meracik bumbu satenya.
Istri lantas memunculkan ide, mengolah daging sapi dari jatah pemberian daging kurban itu menjadi bakso yang diolah sendiri. Teorinya, kami hanya perlu pergi ke pasar untuk membawa daging sapi untuk digiling ke tukang giling. Digiling, bayar, selesai. Palingan tinggal membeli bawang goreng ataupun mie untuk pelengkap sajian bakso.
Lantas, ketika sampai di rumah, adonan bakso itu akan diolah menjadi bakso bulat yang siap direbus. Tinggal tunggu beberapa lama, bakso siap disantap langsung ataupun dengan kuah bikinan sendiri. Mudah kan teorinya?
Hanya saja, teori terkadang berbeda dengan kenyataan. Urusan menggiling daging bakso di tukang giling bakso di pasar tersebut, ternyata tidak sesederhana membayangkan datang, daging digiling, bayar, pulang.
Ternyata, urusan ini butuh kesabaran ekstra. Meski jadinya seru. Sebab, ketika di pasar, kami tidak sendirian. Namun, ada banyak orang yang ternyata punya kepentingan sama. Jadilah kami harus mengantre sebelum daging sapi itu digiling.
Selain mengantre dengan mereka yang ingin mengolah daging sapi jatah kurban menjadi adonan bakso, kami juga harus menunggu giliran dengan abang tukang bakso yang sehari-hari memang menggiling daging sapi untuk baksonya di tempat itu. Butuh waktu hampir satu jam untuk menunggu daging itu selesai diolah jadi adonan bakso.
Tapi, disitulah serunya. Kami bisa merasakan, untuk sekadar bisa membuat bakso sendiri saja harus rela antre lama. Lebih enak beli bakso di warung bakso. Tinggal pesan, duduk, langsung bisa menyantap semangkok bakso.
Namun, karena perjuangan sabar itulah, bakso buatan sendiri menjadi lebih nikmat. Apalagi, komposisi dagingnya memang benar-benar daging sapi sehingga rasanya sempurna. Ketika rebusan adonan bakso itu berubah menjadi bakso bulat matang, waktunya menikmati jerih payah.
Selain diolah menjadi bakso kuah plus mie seperti di tukang bakso langganan, oleh istri saya, bakso olahan sendiri itu juga diolah dengan sayur sup. Sup sayur bakso daging sapi. Bakso-bakso bulat itu bersembunyi diantara kerumunan sayur segar dan kuah sup. Hmmm.
Olahan daging kurban inilah yang kini jadi favorit saya dan anak-anak. Menu yang menurut saya, enak, bergizi dan sehat. Betapa tidak, daging baksonya mantap dan sehat, sayurnya penuh vitamin. Belum lagi kuahnya yang sluurrrrp itu.
Apalagi, selain bisa disantap dengan nasi, sop sayur bakso berkuah itu juga bisa dimakan langsung dengan saus pedas. Jadi kami tinggal pilih, mau makan 'ditemani' nasi atau cukup sayur sup baksonya saja. Â