Ada banyak cara untuk bisa mengetahui kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi. Di antaranya bagaimana seseorang bersikap ketika menghadapi situasi yang membuatnya "mudah meledak" alias marah.Â
Salah satu situasi yang 'menggoda' orang mudah marah adalah ketika mereka menyampaikan keluhan/komplain perihal layanan instansi, lembaga, ataupun yang berkaitan dengan urusan di rumah.Â
Ambil contoh ketika air berlangganan di rumah mendadak mampet tanpa adanya pemberitahuan terlebih dulu ataupun air yang keluar keruh, orang akan mudah meluapkan emosinya. Apalagi bila ternyata airnya mampet berhari-hari yang tentu saja menganggu aktivitas di rumah.Â
Bila begitu, orang akan mudah marah-marah ketika menyampaikan komplain kepada perusahaan airnya. Bahkan, jemari juga jadi mudah menulis kalimat sumpah serapah di media sosial pribadi ataupun media sosial milik instansi yang menampung keluhan masyarakat.Â
Faktanya, kenyataan seperti itu mudah ditemui di media sosial. Tidak sedikit orang yang mengumpat dan menyebut "penghuni kebun binatang" dalam menyampaikan komplain mereka.Â
Situasi menguji kesabaran itupula yang saya alami dalam dua hari ini. Bukan tentang air yang mampet. Tapi perihal jaringan koneksi internet berlangganan di rumah yang mendadak mengalami gangguan selama seharian kemarin. Sebenarnya bukan hanya di rumah saya, tetapi juga satu kompleks perumahan.Â
Sebagai orang yang rutinitas hariannya menulis dan sangat mengandalkan koneksi Wi-Fi untuk berkunjung ke beberapa situs guna mencari data demi melengkapi tulisan maupun mengirim tulisan via email, tentu saja gangguan tersebut menyebalkan.
Beberapa tulisan pekerjaan yang hampir jadi dan siap dikirim via email, jadi terendap di laptop. Termasuk beberapa tulisan yang disiapkan untuk dipajang di Kompasiana, juga harus bersabar dikirim.Â
Pilihannya dua, menyimpan tulisan-tulisan di flashdisk lantas pergi ke warnet, atau menyalin tulisan/menulis ulang di gawai (handphone).
Nah, tadi malam, saya sempat mencoba untuk menelpon pihak customer service guna menanyakan perihal gangguan tersebut. Saya sudah gemas ingin menanyakan beberapa hal. Meski, dalam beberapa situasi serupa sebelumnya, sebal saya itu langsung lumer ketika responss dari customer servicenya bagus.
Saya mencoba dua kali menelepon tapi tidak bisa. Lantas, istri saya yang menelepon dan ternyata bisa. Dia akhirnya berbincang dan menanyakan beberapa hal yang ingin saya tanyakan.Â