Meski tidak memiliki panti asuhan, tetapi kecintaannya pada anak yatim piatu dan orang-orang miskin, sungguh besar. Mungkin karena itu, Tuhan "menitipkan" saya yang yatim piatu sejak kecil ini untuk diasuh olehnya.
Dua tahun lalu, dia kehilangan anak sulungnya yang meninggal di usia cukup muda, 33 tahun, karena sakit. Kini, dia ikut mengasuh dua bocah perempuan yatim yang juga cucunya.
Dalam setahun terakhir, dia juga mulai sakit-sakitan. Badannya kini tidak lagi sesegar dulu. Namun, dia tak pernah mengeluh meski kini jarang hadir di pengajian bersama ibu-ibu. Sebagai gantinya, dia rutin mendengarkan pengajian dari layar kaca. Semoga sakitnya itu ujian dari Tuhan yang bisa merontokkan dosa-dosanya. Â
Awal tahun lalu, dia mengabarkan dengan senang hati ketika ada tetangga menunaikan ibadah umroh. Dia menyempatkan datang ke rumah tetangganya itu untuk ikut mendoakan.
Ketika bersilaturrahmi ke rumahnya di akhir pekan, saya melihat tidak terlihat gurat iri di wajahnya. Padahal, sejak lama, dia memimpikan bisa beribadah ke tanah suci. Namun, ternyata tetangganya yang lebih dulu berangkat. Sementara dirinya harus berjuang untuk sembuh dari sakit.
Segala kebaikan dan pengajaran nilai-nilai hidup Bu Jumayatin menjadi motivasi dan inspirasi saya dalam menjalani hidup. Inspirasi itulah yang kerapkali saya bagikan melalui tulisan maupun ketika berbicara di depan banyak orang.
Kini, saya berharap bisa mewujudkan harapan terindah dalam hidupnya. Harapan bisa beribadah ke tanah suci. Karenanya, begitu mengetahui ada program "Kado Umroh Allianz", saya langsung terpikir menampilkan sosoknya.
Merujuk pada profilnya yang inspiratif, Bu Jumayatin menurut saya amat layak mendapatkan Kado Umroh Allianz. Dengan kemauannya untuk bermanfaat bagi orang lain, juga kesabarannya, dia pantas untuk merasakan apresiasi itu. Aamiin.
Matur nuwun, Allianz!
Tulisan ini diikutsertakan juga di landing page berlipatnyaberkah.allianz.co.id.