Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Indonesia Kalah Telak dari Yordania, Karena Coba-coba Pemain?

12 Juni 2019   10:07 Diperbarui: 12 Juni 2019   11:40 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Timnas Indonesia meraih hasil mengecewakan dalam pertandingan uji coba melawan Yordania di King Abdullah International Stadium di Kota Amman, Selasa (11/6/2019) tadi malam. Tim Garuda takluk 1-4 dari Jordania di pertandingan yang masuk dalam kalender FIFA Matchday ini.  

Gawang Indonesia bahkan sempat tertinggal empat gol lewat gol-gol dari Baha Faisal (menit ke-23), Ahmed Gamdouni ( menit ke-42), Yousef Al Rawashdeh ( menit ke-63), Hamza Al Dardoor ( menit ke-79) sebelum Alberto "Beto" Gonzalves mencetak gol lewat penalti di menit ke-86.

Dari 12 pertandingan uji coba kalender FIFA yang digelar hampir bersamaan dengan Kualifikasi Piala Eropa 2020 dan Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia pada Selasa (11/6) kemarin, Indonesia memang menjadi satu-satunya negara yang paling kalah telak dengan margin tiga gol.

Sementara hasil-hasil laga uji coba lainnya berlangsung ketat. Diantaranya Korea Selatan bermain 1-1 dengan Iran, Tunisia mengalahkan finalis Piala Dunia 2018, Kroasia 2-1, lalu Myanmar yang menang 2-1 atas Singapura, hingga Uzbekistan yang mengalahkan Syiria 2-0.

Lalu, mengapa Indonesia sampai bisa kalah telak dari Yordania di laga uji coba tersebut? Apakah karena Yordania memang levelnya berada di atas TImnas Indonesia?

Merujuk pada beberapa hasil pertandingan Yordania sebelumnya, pertanyaan tersebut sejatinya berlebihan. Level permainan Yordania sejatinya tidak jauh berbeda dengan Timnas Indonesia.

Mari kita lihat data statistik. Dikutip dari data di Soccerway, di tiga pertandingan uji coba sebelumnya, Yordania selalu mengalami kekalahan. Yakni kalah tipis dari tamunya Syiria (23/3), kalah 3-2 dari Irak (26/3). Bahkan, tiga hari sebelum menghadapi Indonesia, Yordania dibantai tim Eropa Timur, Slovakia 5-1 pada 8 Juni lalu.

Bagaimana pertemuan Yordania dengan tim asal Asia Tenggara?

Kali terakhir Yordania bertemu tim Asia Tenggara terjadi di Piala Asia 2019 pada Januari lalu. Yakni, menghadapi Vietnam di babak knock out 16 besar. Hasilnya, Vietnam mampu menahan Jordania 1-1. Bahkan, Vietnam kemudian menang adu penalti 4-2 dan lolos ke perempat final.

Nah, berkaca dari hasil itu, kita bisa mengatakan bahwa level Yordania sebenarnya tidak lebih baik dari Indonesia. Apalagi jauh di atas kita. Lha wong bila kita bermain dengan Vietnam juga seringkali berakhir ketat. Bahkan, di level senior, Indonesia lebih mampu unggul melawan Vietnam dibandingkan ketika melawan Thailand ataupun Malaysia.

Lalu, mengapa Indonesia sampai kalah telak dari Jordania?

Saya tertarik dengan komentar dari presiden klub Madura United, Achsanul Qosasi. Di akun Instagramnya, presiden klub yang seringkali menuliskan statement keren terkait sepak bola Indonesia ini menyebut kekalahan dari Yordania tersebut patut disesalkan. Salah satunya dikarenakan keputusan coba-coba pemain.

Achsanul menulis begini: "Jauh-jauh ke Yordania, ini uji coba resmi. FIFA Matchday. Ruben Sanadi ditaruh di bek kanan, sejumlah pemain bertipe menyerang turun belakangan. Kalau mau coba-coba pemain jangan di ajang ini, tapi ujicoba saja lawan klub Liga 1. Lawan Yordan adalah kesempatan menurunkan formasi terbaik. Kekalahan telak ini berpengaruh pada rangking kita".

Manajer Madura United, Haruna Soemitro malah berkomentar lebih pedas. Dikutip dari bola.net, Haruna menilai, kekalahan ini tak lepas dari keberanian Pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy, dalam bereksperimen dengan timnya.

"Kalau mau mencoba formasi atau masih trial and error, jangan beruji coba dengan negara lain. Lebih baik dengan klub Liga 3 saja. Masak mengaduk-aduk formasi dan posisi pemain di ajang resmi FIFA, yang penting seperti saat ini," ujarnya .  

Menurut Haruna, laga lawan Yordania ini merupakan laga yang sama sekali tidak bisa dipandang enteng. Pasalnya, hasil pertandingan ini akan berpengaruh pada ranking Indonesia di peringkat FIFA. Dengan kekalahan ini, dia menilai posisi Indonesia di peringkat FIFA terancam jeblok. 

"Mental pemain juga pasti akan ikut hancur. Latihan apa saja selama dua pekan lalu?" tanyanya.

"Kami dari klub sudah berkorban dengan melepas pemain ke Timnas dan menjalani perubahan jadwal ternyata masih dibalas dengan rasa malu," pungkas Haruna dikutip dari Bolanet.

Sebagai 'orang klub' yang melepas pemain ke Timnas, wajar jika Achsanul Qosasi dan Haruna Soemitro kecewa dengan hasil yang diraih Timnas. Terlebih, Madura United ikut mengirimkan beberapa pemain pentingnya di Timnas. Yakni Andik Vermansyah, Beto dan Zulfiandi.

Dari tiga nama tersebut, hanya Andik dan Beto yang ikut turun bermain. Andik menggantikan Ramdani Lestaluhu di akhir babak pertama. Sementara Beto mengisi posisi Rico Simanjuntak di menit ke-57 dan akhirnya mencetak gol melalui penalti di penghujung laga.

Lalu, benarkah Simon McMenemy melakukan coba-coba pemain?  

Bila kita membandingkan dengan skema yang dimainkan Simon McMenemy saat Timnas Indonesia mengalahkan Mynamar 2-0 dalam laga uji coba pada 25 Maret lalu sekaligus debut perdananya sebagai pelatih Timnas, memang ada beberapa perubahan komposisi pemain.

Simon kembali memainkan formasi tiga bek dalam skema 3-4-3. Bedanya, bila melawan Myanmar, Hansamu menjadi bek tengah diapit Manahati Lestusen dan Yanto Basna, di laga melawan Yordania tadi malam, Ahmad Jufriyanto yang jadi bek tengah dengan diapit Hansamu (kiri) dan Yanto Basna (kanan).

Di lini tengah, Evan Dimas kembali berduet dengan Rizki Pellu sebagai "holding midfielder". Sementara Ruben Sanadi yang sebelumnya bermain di wing back kiri saat melawan Myanmar, kali ini ditaruh di kanan. Dia mengisi posisi Yustinus Pae yang kali ini tidak dimainkan. Sedangkan posisi kiri diisi oleh pemain senior, Rizki Ripora.

Sementara di lini depan, tidak ada nama Stefano Lilipaly dan Greg Nwokolo yang dulu dimainkan saat melawan Myanmar. Kali ini, Simon memainkan Dedik Setiawan sebagai targetman dan Ramdani Lestaluhu sebagai penyerang sayap kiri. Hanya Rico yang tetap tampil sebagai starter. Sekadar diketahui, nama Lilipaly dan Greg memang tidak ada dalam daftar pemain saat melawan Yordania.

Rico Simanjuntak (putih), tampil sebagai starter saat melawan Yordania/Foto: DetikSport.
Rico Simanjuntak (putih), tampil sebagai starter saat melawan Yordania/Foto: DetikSport.

Nah, mengacu pada komposisi pemain dan skema main tersebut, apa yang disampaikan Achsanul Qosasi memang beralasan. Terutama keputusan Simon untuk memainkan Ruben Sanadi di posisi kanan. Termasuk juga keputusan untuk memainkan pemain bertipikal serang yang baru turun di beakangan. Seperti Andik dan Beto, juga Irfan Bachdim yang baru dimainkan di menit ke-78.

Saya sepakat bahwa dalam uji coba negara, tim nasional harus memainkan tim terbaiknya. Sebab, itu berpengaruh pada rangking FIFA dan juga kepercayaan pemain. Meski, pelatih pastinya punya pertimbangan sendiri perihal siapa pemainnya yang paling siap bermain. Terpenting, siapapun pemain yang diturunkan harus tampil maksimal.

Terlepas dari itu, sebagai pelatih, tentu saja keputusan yang dibuat tidak akan bisa menyenangkan semua orang. Terlebih, bila keputusan yang diambil tidak berakhir manis seperti yang didapatkan Simon ketika Indonesia kalah dari Yordania. Tentu saja, pelatih yang akan menjadi sasaran kritikan.

Namun, apapun itu, sebagai suporter, kita hanya bisa berharap kekalahan ini merupakan bagian dari proses untuk menemukan skema yang benar-benar ideal. Di pertandingan keduanya bersama Timnas, Simon tentunya masih ingin mencari skema yang terbaik. Meski, dengan pengalamannya melatih beberapa klub di Indonesia, pelatih asal Skotlandia ini seharusnya sudah paham kualitas setiap pemain yang dipanggil masuk Timnas. Tinggal bagaimana meramunya menjadi tim yang dashyat.

Terpenting sekarang adalah bagaimana agar Timnas Indonesia bisa segera move on alias bangkit dari kekalahan atas Yordania. Kabar bagusnya, akhir pekan ini, Indonesia akan kembali tampil di laga uji coba. Indonesia akan menjamu Vanuatu di Gelora Bung Karno pada Sabtu (15/6) nanti.

Vanuatu merupakan negara di kawasan Oseania. Dalam sepak bola, mereka satu federasi dengan Fiji, kepulauan Solomon, Kaledonia Baru dan Selandia Baru. Tentu saja, Indonesia harus menang agar mental pemain menjadi lebih percaya diri dan melupakan kekalahan dari Yordania. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun