Libur lebaran telah tiba, selamat mudik bagi yang menjalankan.Â
Apakah sampean (Anda) mudik pada lebaran kali ini? Atau malah, sampean sudah tiba di kampung halaman. Karena memang, sejak dua hari lalu, satu demi satu tetangga di kompleks perumahan saya berpamitan mudik. Sementara beberapa tetangga lainnya berencana mudik mendekati lebaran.
Bagi sampean (Anda) yang pernah atau malah setiap tahun mudik, pastinya pernah merasakan bahwa mudik terkadang tidak sesimpel mengucapkan kata mudik itu sendiri. Ada banyak suka duka yang dirasakan selama mudik, baik ketika menggunakan trasnportasi pribadi maupun angkutan publik.
Bagi yang mudik dengan membawa sepeda motor, tentunya harus mampu mengatasi rasa capek  dan 'kengerian' membawa anak istri serta barang-barang di tengah jalanan yang padat kendaraan.Â
Bagi yang mudik membawa mobil, tantangannya adalah bagaimana agar mata tetap melek selama perjalanan, cerdik mencari jalur yang lancar serta siap stok sabar bila memang jalanan macet. Â
Namun, apapun bentuk suka dukanya, mudik selalu terasa menyenangkan. Kerinduan untuk segera bertemu orang tua, kerabat dan kawan-kawan lama di kampung halaman, membuat kita bisa abai pada tantangannya bahkan mudah melupakan lelah selama perjalanan.
Toh, meski terasa menyenangkan, bagaimanapun, mudik harus disiapkan dan direncanakan. Tidak bisa pokoknya asal berangkat. Terlebih bila mudik menggunakan angkutan publik bersama anak-anak yang masih berusia balita (bawah lima tahun).
Butuh persiapan matang bila ingin perjalanan menjadi menyenangkan. Sebab, bila tanpa persiapan, bukannya enjoy, yang terjadi malah perasaan was-was dan tidak nyaman selama perjalanan.
Saya pernah merasakan bagaimana rasanya "mudik melawan arus" dari Sidoarjo ke Jakarta (ke rumah mertua) dengan membawa dua anak kecil. Mudik pertama menggunakan angkutan udara pada 2015 lalu dan mudik kedua menaiki kereta api pada lebaran dua tahun lalu.
Selama perjalanan, utamanya ketika naik kereta api, dua anak saya tidak mau sekadar duduk diam. Padahal, saya awalnya berpikir, karena perjalanan malam (dari Surabaya hampir pukul 20.00), mereka akan segera tertidur di kereta.Â