Ada beragam cara city branding yang biasa dilakukan oleh kota-kota di Indonesia demi mempromosikan potensi kotanya. Seperti membuat video kreatif berdurasi singkat berisi segala potensi bagus kota, hingga memunculkan tagline kota yang mudah diingat dan bikin penasaran.
Namun, untuk Jogjakarta, tanpa sentuhan city branding sekalipun, kota ini telah ter-branding dengan sempurna. Sejak dulu, Jogja sudah lekat dalam ingatan banyak orang sebagai kota dengan nilai historis yang kuat, lingkungan pedesaan yang masih natural, serta bangunan candi eksotis yang hanya ada di Jogja.
Semua pesona Jogja itulah yang membuat Iwan Palit (38 tahun), tidak butuh waktu lama untuk memantapkan tekad mengikuti event lari Mandiri Jogja Maraton 2019. Dalam benak Iwan, bisa menikmati Jogja dari spot ke spot populer dengan menaiki kendaraan saja sudah keren, apalagi bila bisa mengeksplorasi semua pesona Jogja sembari berlari. Baginya itu kesempatan langka.
Karenanya, begitu mendapatkan informasi adanya event Mandiri Jogja Marathon (MJM) 2019 dari seorang kawannya pada akhir tahun 2018 lalu, Iwan langsung mencari tahu informasi pendaftarannya.
Begitu menemukan informasi pendaftaran, bapak tiga anak ini langsung terpesona dengan tampilan galeri foto gelaran Mandiri Jogja Marathon tahun 2018 lalu. Event ini memang rutin digelar tahunan. Tahun ini merupakan penyelenggaraan yang ketiga. Dia pun langsung mendaftarkan diri tanpa perlu berpikir berhari-hari.
"Saya langsung 'ngiler' (tergoda) dan pengen banget ikut begitu melihat foto promosinya. Apalagi start dan finishnya di Candi Prambanan, jadi saya langsung daftar," kenang Iwan Palit.
Bagi alumnus ITS Surabaya yang sering berkunjung ke sejumlah kota di Indonesia dalam rangka pekerjaan maupun travelling, Jogja punya pesona spesial yang berbeda dengan kebanyakan kota-kota lainnya. Dia juga memiliki kerabat yang tinggal di Jogja dan beberapa kali berkunjung ke sana. Karenanya, Iwan cukup mengenal seluk beluk kota yang namanya abadi di lagu legendaris KLA Project ini.
Dia paham kultur masyarakat Jogja yang masih lekat tanpa tergerus zaman. Dia cukup akrab dengan bangunan candi bersejarah yang berdiri gagah hingga kini. Dia juga rindu dengan nuansa lingkungan desa-desanya yang natural dengan hamparan sawah luas. Serta, kulinernya yang bikin nagih. Salah satunya Mie Jowo Mbah Mangun yang menjadi daftar wajib didatangi ketika di Jogja.
Semua pesona Jogja itu membuatnya semakin mantap untuk menjadi peserta MJM 2019. "Lari di pedesaan, pemandangan bagus, dan kultur masyarakatnya juga apik. Trus start finish nya di Candi Prambanan. Siapa coba yang tidak tertarik bisa lari sekaligus rekreasi di Jogja," sambung Iwan.
Selama ini, mantan pegawai BUMN yang kini bekerja di bidang advertising ini memang senang berolahraga. Terlebih lari. Di akhir pekan, dia rutin menghabiskan waktu satu jam lebih untuk berlari minimal 10 kilometer. Bahkan, dia menyukai "olahraga kelas berat" seperti diving hingga melaju di atas motor trail di perbukitan. Dengan terbiasa berlari dan fisiknya sudah terlatih, dia merasa siap untuk adu lari bersama ribuan peserta lainnya.