Tidak ada yang mustahil terjadi di olahraga. Kalau kata bahasa ibunya orang luar negeri sana, impossible is nothing. Terlebih di olahraga seperti bulutangkis yang tingkat rivalitasnya nyaris setara.
Bahwa, seorang pebulutangkis selalu punya kesempatan untuk mengalahkan pemain lainnya. Sekalipun pebulutangkis tersebut memiliki rekor buruk setiap kali kalah ketika menghadapi pemain tertentu.
Sampean (Anda) yang mengikuti kejuaraan All England 2019 yang berakhir Minggu (10/3) lalu, pastinya paham siapa juara di sektor tunggal putri. Juaranya adalah pebulutangkis Tiongkok, Chen Yufei. Dia jadi juara setelah mengalahkan juara bertahan asal Taiwan, Tai Tzu-ying (TTY) yang memburu hat-trick gelar All England.
Menariknya, Chen Yufei sebelumnya tidak pernah menang melawan TTY yang merupakan tunggal putri rangking 1 dunia. Dalam 11 pertemuan, pemain berusia 21 tahun ini selalu kalah. Diantaranya yang paling diingat adalah di final Indonesia Open 2018 dan juga Kejuaraan Asia 2018.
Toh, selalu ada yang pertama di olahraga. Selalu ada kesempatan bagi Chen Yufei untuk mengalahkan TTY karena jarak kualitas mereka sejatinya tidak berjarak seperti bumi dan langit. Yang terjadi, Chen Yufei mengalahkan TTY untuk kali pertama. Istimewanya, itu terjadi di final kejuaraan bergengsi sekelas All England.
Saya mengambil pengandaian kisah rivalitas Chen Yufei dengan Tai Tzy-Ying itu untuk menggambarkan kisah rivalitas lainnya di bulutangkis yang juga nyaris sama. Yakni kisah yang melibatkan tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting dengan pemain Tiongkok, Shi Yuqi.
Sama seperti rivalitas Chen Yufei dan TTY dulu, Ginting juga seperti mengalami "kutukan" ketika bertemu Shi Yuqi (23 tahun) yang setahun lebih tua darinya.
Dalam lima pertemuan, Ginting tidak pernah menang. Dia seperti kesulitan menemukan "jurus" untuk mengalahkan pemain yang oleh pecinta bulutangkis di Indonesia di panggil "Si Juki" itu. Pertemuan terakhir keduanya terjadi di BWF World Tour Finals 2018 Desember lalu. Kala itu, Ginting takluk dua game langsung, 8-21, 19-21.
Berbeda dengan Jonatan Christie yang tersingkir cepat di putaran II, penampilan Ginting di turnamen BWf World Tour Super 300 ini lumayan oke. Tadi malam, dia berhasil lolos ke semifinal setelah mengalahkan pemain senior Tiongkok, Lin Dan. Dengan usia Lin Dan yang sudah mencapai 35 tahun, Ginting seperti sudah tahu caranya mengalahkan pemain pemilik gelar terlengkap di bulutangkis ini.
Caranya yakni memaksa Lin Dan bermain tiga game. Sebab, dengan usia yang tidak muda lagi, Lin Dan tentunya enggan bermain rubber game. Karenanya, dia memforsir kemenangan di game pertama. Begitu juga di pertandingan tadi malam.
Ginting kalah dengan skor tipis 19-21 di game pertama. Namun, di dua game berikutnya, Ginting yang 13 tahun lebih muda dari Lin Dan, lantas bisa menang mudah 21-8 dan 21-11 selama 59 menit.