Jadwal memang tidak berpihak kepada tunggal putri Indonesia. Mereka sudah harus menghadapi pemain unggulan di putaran dua. Namun, drawing tentunya tidak bisa disalahkan. Tampil di turnamen tentunya harus siap menghadapi siapapun baik pemain unggulan atau bukan.
Yang jelas, tereliminasinya Gregoria, Ruselli dan Fitriani, membuat harapan melihat tunggal putri Indonesia di Indonesia Masters harus kembali dipendam. Meski berstatus tuan rumah, tunggal putri Indonesia kini tidak lagi bisa juara di empat tahun terakhir penyelengaraan Indonesia Masters.
Kali terakhir tunggal putri Indonesia berhasil meraih gelar di Indonesia Masters terjadi pada 2014 lalu yang digelar di Palembang. Kala itu, Ardiyanti Firdasari berhasil juara setelah di final mengalahkan juniornya, Ruselli Hartawan. Gelar Ardiyanti tersebut menjadi satu-satunya gelar di tunggal putri sejak Indonesia Masters mulai digelar pada 2010 silam.
Tetapi memang, persaingan tunggal putri era dulu, tidak sama dengan era sekarang. Terlebih di Indonesia Masters. Dulu, turnamen ini levelnya Grand Prix Gold. Kini sudah masuk BWF World Tour Super 500. Karenanya, Indonesia Masters kini dijejali pemain-pemain top dunia. Imbasnya, persaingan semakin ketat.
Ah, semoga hasil di Indonesia Masters 2019 ini bisa menjadi pelecut bagi tunggal putri Indonesia untuk terus belajar dari pengalaman demi memperbaiki apa yang harus diperbaiki. Apalagi, usia mereka masih sangat muda. Ruselli masih 21 tahun, Fitri baru 20 tahun dan Gregoria malah baru 19 tahun.
Bahkan, meski di perempat final besok, Fitriani dkk hanya akan menjadi penonton, toh mereka bisa menyerap ilmu dari tribun. Mereka bisa menimba ilmu dengan melihat langsung penampilan pemain-pemain top dunia seperti Sindhu, Carolina Marin, Ratchanok Intanon, Chen Yufei ataupun Saina Nehwal. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H