"Targetnya minimal satu gelar, kalau dua ya syukur. Tahun lalu kami dapat dua gelar, maunya sih bisa pertahankan prestasi ini".
Begitu pernyataan Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PBSI, Susy Susanti menyoal target di kejuaraan Daihatsu Indonesia Masters 2019 yang akan dimulai Selasa (22/1/2019).
Pernyataan Susy itu disampaikan ketika jumpa pers, Senin (20/1/2019) sehari jelang dimulainya turnamen BWF World Tour Super 500 di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Dalam olahraga, bicara target itu memang tidak bisa asal ngomong. Memasang target super tinggi tanpa didasari wawasan mendalam tentang kemampuan atlet sendiri dan juga lawan yang dihadapi, hanya akan diketawain orang. Terlebih bila target itu kemudian gagal diraih.
Tentu saja, memasang target tinggi itu perlu untuk memotivasi atlet agar berjuang lebih keras demi prestasi maksimal. Namun, sikap realistis terkadang akan lebih bagus ketimbang kepedean yang malah bisa menjadi beban bagi mereka yang tampil di lapangan.
Nah, pernyataan Susy Susanti yang tentu saja merupakan sikap resmi dari PBSI tersebut menurut saya sudah realistis sekaligus diplomatis. Tidak muluk-muluk tetapi juga berupaya maksimal. Memasang target minimal satu gelar agar tidak lepas, syukur-syukur bila bisa meraih dua gelar seperti tahun lalu lewat tunggal putra (Anthony Sinisuka Ginting) dan ganda putra (Marcus Gideon/Kevin Sanjaya).
Lho, kenapa kok Indonesia hanya berani memasang minimal satu target? Bukankah Indonesia akan diwakili pebulutangkis-pebulutangkis terbaiknya yang turun di lima sektor, yakni tunggal putra/putri, ganda putra/putri dan ganda campuran?
Benar, Indonesia memang memainkan semua pemain terbaiknya di Daihatsu Indonesia Masters 2019. Nama-nama top seperti ganda putra, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon juga Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie, Fitriani dan Gregoria Mariska di tunggal putri, lalu ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan ganda campuran Hafiz Faisal/Gloria Widjaja juga Praveen Jordan/Melati Daeva akan menjadi andalan terdepan untuk bisa meraih hasil terbaik.
Namun, merujuk level turnamen Indonesia Masters 2019 yang merupakan Super 500, pesaing-pesaing yang dihadapi juga merupakan pemain top dunia. Artinya, tidak akan mudah untuk meraih gelar. Meski juga selalu terbuka untuk terjadinya kejutan.
Ambil contoh di tunggal putra, merujuk pada skema pertandingan, bila mampu melewati laga pertama dan kedua, Ginting bisa bertemu pemain rangking 1 dunia, Kento Momota. Sementara Jonatan bisa langsung bertemu unggulan 2 dari Tiongkok, Shi Yuqi di putara kedua.
Lalu, di tunggal putri, bila bisa lolos ke putaran 2, Fitriani kemungkinan akan bertemu pemain top India, Saina Nehwal dan Gregoria Mariska akan bertemu Pusarla Sindhu. Jadwal yang sangat menarik.