Sudah menjadi rahasia umum bila di bulutangkis, sektor tunggal putri Indonesia tertinggal dari sektor lainnya. Tidak hanya tertinggal dalam perolehan gelar yang bisa diraih pemainnya, regenerasi di sektor ini juga cenderung lambat.
Karenanya, di setiap turnamen BWF World Tour, tunggal putri Indonesia nyaris tidak diperhitungkan alias tidak masuk dalam unggulan utama. Faktanya, dalam 38 seri turnamen BWF World Tour tahun 2018 lalu tidak pernah sekalipun tunggal putri mampu juara. Jangankan juara, masuk final pun tidak pernah. Â
Memang, dua tunggal putri Indonesa Gregoria Mariska Tunjung dan Dinar Dyah Ayustine meraih gelar. Gregoria juara Finnish Open 2018, sementara Dinar yang tahun ini didegradasi dari Pelatnas, juara Vietnam International. Tetap level dua turnamen itu International Challenge masih di bawah BWF World Tour.Â
Dalam bulutangkis, beda level turnamen berarti menunjukkan kualitas lawan-lawan yang tampil di turnamen tersebut. Di BWF World Tour ada level Super 100, Super 300, Super 500, Super 750, hingga Super 1000 yang hanya ada tiga turnamen yakni All England Open, Indonesia Open dan China Open. Semakin tinggi levelnya, maka yang tampil adalah pemain-pemain top dunia.
Karenanya, tidak mengherankan ketika pemain-pemain Indonesia tampil di turnamen awal tahun, Thailand Masters 2019 level Super 300 yang digelar mulai Selasa (8/1/2019) lalu, tidak ada tunggal putri Indonesia yang masuk unggulan. Di tunggal putri, Indonesia diwakili dua pemain pelatnas Fitriani dan Ruselli Hartawan juga ada nama Yulia Yosephin Susanto.
Namun, lapangan olahraga mengajari kita bahwa tidak selamanya pemain unggulan bisa berjaya. Tidak selamanya pemain yang tidak diperhitungkan hanya menjadi penggembira.
Justru, lapangan olahraga seringkali menghadirkan 'sekotak cokelat kejutan' selayaknya kutipan terkenal di film legendaris Forrest Gump itu. Lapangan olahraga kerap memberi 'cermin' bagi kita, bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk diraih selama berusaha pantang menyerah.
Dan yang melegakan, di Thailand Masters 2019 kejutan itu ternyata berkawan akrab dengan tunggal putri Indonesia, Fitriani. Ya, Fitri yang sepanjang tahun 2018 lalu lebih sering mendapatkan kritikan hingga perundungan dari penggemar bulutangkis imbas penampilannya yang labil, mampu tampil hebat di Bangkok. Fitri berhasil lolos ke final Thailand Masters 2019.
Melalui perjuangan luar biasa selama hampir satu jam, Fitriani berhasil lolos ke final setelah memenangi duel rubber game ketat melawan pemain Hongkong, Deng Xuan di semifinal, Sabtu (12/1/2019) kemarin.Â
Kalah 12-21 di game pertama dari pemain berusia 26 tahun tersebut, Fitri mampu memperbaiki penampilannya di game kedua. Dia berhasil menang tipis 21-19 dan memperpanjang nafas ke game ketiga. Di game penentuan, Fitri mampu tampil tenang dan mengakhiri pertandingan dengan 21-16.
Pelatih tunggal putri, Minarti Timur yang mendampingi Fitriani di Thailand mengatakan, anak didiknya menang karena bermain berani. Fitri disebutnya berani bermain reli dan melancarkan serangan balik bila ada kesempatan. Di game kedua dan ketiga, Fitri juga bisa memanfaatkan kesempatan saat kondisi fisik lawan sudah mulai terkuras.