"Dampaknya, anak cenderung menjadi sangat egois. Mereka kurang bisa peduli dengan orang lain Mereka juga mudah menghakimi dan mengkritik," jelas dia.
Tipe ketiga adalah orang tua pengkritik. Orang tua seperti ini cenderung suka membandingkan anak-anak mereka dengan anak yang mereka anggap lebih baik. Mereka memiliki harapan terlalu tinggi sehingga sulit untuk disenangkan. Buruknya, mereka sering menggunakan kata-kata negatif dalam membandingkan anak-anaknya dengan anak lain.
Nah, orang tua dengan pola asuh pengkritik ini membuat anak-anak tumbuh dengan rasa bersalah dan sering mengkritik diri sendiri dengan berkata-kata negatif.Â
Mereka juga sering berlebihan hanya untuk kesalahan kecil dan sulit melupakan kejadian yang membuat mereka dengan diri sendiri ataupun orang lain.Â
Dan, ketika berada di lingkungan baru, mereka cenderung tidak percaya diri dan takut dievaluasi.
"Bahkan, mereka tidak dapat melihat diri mereka sukses meski ketika mereka mencapai kesuksesan," sambung ayah dua anak ini.
Adapun tipe pola asuh keempat adalah orang tua otoritatif. Pola asuh jenis ini menekankan pada pengajaran anak-anak untuk bertanggung jawab dengan perbuatan mereka, tetapi juga memperlakukan dengan baik dan mengasihi mereka. Orang tua otoritatif juga cenderung untuk menanyakan fakta-fakta kepada anak-anak sebelum mengambil keputusan.
Orang tua otoritatif menyediakan kesempatan bagi anak untuk memilih. Mereka mengizinkan anaknya untuk mengalami konsekuensi atas apa yang dilakukannya. Dampaknya, anak-akan tumbuh dengan rasa percaya diri, menghargai orang lain dan bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Menurut John, tipe inilah yang terbaik dari pola asuh anak.
"Ketika orang tua menekankan pada mengajari anak-anak untuk bertanggung jawab dengan perbuatan mereka, orang tua telah meningkatkan gambar diri anak tersebut," ujarnya.
Sebagai orang tua, kita sejatinya paham bagaimana mengasuh anak dengan cara terbaik. Namun, niat itu terkadang tidak sejalan dengan perbuatan.Â