Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Berani Berubah Jadi Lebih Baik

8 Oktober 2018   09:10 Diperbarui: 8 Oktober 2018   17:49 4532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"A state without the means of some change is without the means of its conservation". Begitu kata Edmun Burk menyoal tentang perubahan yang pasti terjadi di sebuah negara.

Bila diterjemahkan bebas, Burke bilang begini, negeri tanpa perubahan adalah negeri yang tidak akan lestari. Oleh karena itu, pasti saja kita harus mengantisipasi dan memanajemen perubahan yang ada dengan pendekatan-pendekatan baru.

Bila ujaran Burke itu disederhanakan menjadi level manusia/pribadi (bukan negara), maknanya berganti menjadi manusia yang tanpa perubahan adalah manusia yang tidak akan lestari.

Ya, manusia akan senantiasa berubah. Bukan hanya usianya, tetapi juga kebiasaan-kebiasaanya, selera musik, tabiatnya apalagi afiliasi politiknya yang acapkali diibaratkan dengan pengandaian isuk dele sore tempe.

Semasa kuliah dulu, saya memiliki kawan yang gemar menyanyi. Salah satu penyanyi favoritnya adalag Afghan. Orangnya dulu easy going. Pola berpikirnya menyenangkan. Dia tidak suka berpikir berat-berat semisal politik.

Kini, setelah berpuluh tahun, kawan saya itu ternyata sudah berubah. Di grup WhatsApp ataupun di akun media sosialnya, dia yang dulu 'malas' ngomong politik, kini justru paling vokal diantara kawan lainnya. Bahkan terkadang nyinyir. 

Entah "apa yang dimakannya" selama sekian tahun tidak bertemu sehingga bisa berubah begitu drastis.

Berani Berubah Jadi Lebih Baik cea.redphantom.info
Berani Berubah Jadi Lebih Baik cea.redphantom.info
Dari beberapa kawan lama, sejatinya, bukan hanya dia yang berubah. Hampir semuanya berubah. Bukan hanya tampilan fisiknya yang rata-rata lebih subur. 

Ada yang berubah jadi lebih religius, bijaksana. Ada juga yang dulu pemalu kini bicaranya ceplas-ceplos.

Tentu saja, tidak ada yang salah dengan perubahan. Manusia memang harus berani berubah. 

Namun, berubah tentunya harus menjadi lebih baik. Minimal menjadi manusia bermanfaat banyak orang. Manusia yang kehadirannya disukai dan dirindukan banyak orang.

Jangan malah berubah menjadi lebih egois, sempit pola pikirnya, merasa paling benar, apalagi bila sudah berani memproduksi informasi bohong. 

Jangan malah berubah menjadi manusia yang sukanya hanya menyindir dan mengoreksi orang lain tanpa pernah bercermin sendiri. Manusia yang ketika dia hadir dan berbicara, banyak orang malah susah.

Ah ya, sekarang sudah hari Senin. Rasanya baru kemarin berakhir pekan. Cepat sekali hari berganti. Itu sejatinya juga pesan kuat agar kita bergerak/berubah melewati hari. Jangan diam di tempat. Dinamis lah menyikapi hari.

Seperti hari yang bergerak bergantian, bergerak dinamis lah menjalani peran kita. Nikmati beberapa peran. Jangan terjebak pada satu peran yang melenakan. Beranilah berubah menjalani peran selama memang baik.

Sebelumnya hanya membaca tulisannya orang lain, mulailah menghasilkan tulisan yang dibaca orang lain. Bila dulu hanya  menjadi pendengar, lain waktu harus berani menjadi "yang didengar orang lain". 

Pernah mewawancara, juga pernah menjadi narasumber karena memang memiliki keilmuan yang kompeten. Kadang menjadi makmum sholat, kadang kudu 'berani' jadi imam. Dulu "tangan di bawah, sekarang tangan di atas".

Dan, bila sekarang masih bekerja pada orang lain, esok semoga bisa memberi peluang kerja untuk orang lain. Selamat menghirup berkah di awal pekan. Mari berani berubah menjadi lebih baik. Barokallah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun