Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

"Reuni" Tiga Sahabat di Korea Open 2018

25 September 2018   07:41 Diperbarui: 25 September 2018   11:54 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri: Ihsan Maulana, Anthony Ginting dan Jonatan Christie, ketiganya akan tampil di Korea Open 2018/Foto: IDN Times

Turnamen bulutangkis Korea Open yang akan dimulai Selasa (25/9/2018) hari ini akan menjadi ajang reuni bagi tiga tunggal putra Indonesia. Mereka yakni Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie dan Ihsan Malana Mustofa. Setelah di beberapa turnamen terpisah, tiga sahabat ini akan kembali bermain bersama.

Ya, Ginting, Jojo dan Ihsan memang bersahabat sejak lama. Menghuni Pelatnas sejak beberapa tahun lalu membuat ketiganya bak saudara. Selayaknya saudara, mereka saling memotivasi, saling menguatkan, bahkan saling membalaskan 'dendam' di lapangan.

Ada banyak kenangan manis pahit yang pernah tercipta diantara mereka ketika membela tim putra Indonesia di even bulutangkis internasional. Kenangan yang merekatkan persahabatan mereka.

Betapa manisnya meraih medali emas SEA Games 2015 di Singapura ketika tim putra Indonesia mengalahkan Thailand 3-2 di final. Kala itu, Ihsan menjadi penentu kemenangan di pertandingan kelima. Juga gelar juara di Kejuaraan Beregu Asia (Badminton Asia Team Championship 2016 di Hyderabad, India ketika Jonatan Christie menjadi penentu kemenangan 3-2 tim putra Indonesia atas tim Jepang. Kala itu, Ihsan menjadi tunggal pertama dan Ginting kedua lalu Jojo ketiga. Juga juara BATC 2018 pada Februari lalu.

Tak melulu kenangan manis, mereka juga pernah merasakan pahit. Di Kunshan, Tiongkok pada 2016 silam, Ihsan yang tampil di pertandingan penentuan di final Piala Thomas, kalah dari pemain senior Denmar, Hans-Kristian Vittinghus. Indonesia pun kalah 2-3 dan gagal membawa pulang Piala Thomas. Ihsan bahkan pernah mengaku masih terkenang kekalahan menyesakkan itu.

Di turnamen perorangan, Ihsan yang sedikit lebih senior (22 tahun) sejatinya 'meledak' lebih dulu ketimbang Ginting (21 tahun) dan Jojo (21 tahun). Pemain kelahiran Tasikmalaya ini beberapa kali mencapai babak penting di turnamen level Grand Prix Gold. Salah satunya di Thailand Open 2015, Ihsan melesat ke final tetapi dikalahkan pemain senior Korea, Lee Hyun-il. Ihsan bahkan pernah berada di rangking 17 dunia pada September 2016.

Namun, cedera membuat penampilan Ihsan kemudian perlahan menurun. Sekembali dari cedera, dia belum mampu tampil seperti dulu. Dari periode awal 2016 hingga tengah tahun 2017, dia sama sekali tak mampu tampil di babak penting. Pernah di final Macau Open 2017 di bulan November tetapi kalah dari Kento Momota. Rangkingnya pun terus turun. Kini dia ada di peringkat 39 dunia.

Di sisi lain, penampilan Anthony Ginting dan Jonatan Christie semakin melesat dan menjadi andalan Indonesia. Mereka berdua bertemu di final Korea Open tahun 2017 lalu yang dimenangi Ginting. Di awal tahun, Ginting kembali jadi juara Indonesia Masters 2018. Jojo juga bersinar di Asian Games 2018 dengan meraih medali emas.

Dengan 'kombinasi' penurunan penampilan dan melesat itu, karena perhitungan ranking, di tahun 2018 ini Ginting, Jojo dan Ihsan tidak lagi tampil bersama seperti dulu.

Sebab, turnamen BWF World Tour Super 750 dan 1000 (dulu Super Series dan Super Series Premier) yang tidak memberlakukan kualifikasi, hanya diikuti pemain dengan rangking BWF tinggi.

Sehingga, Ihsan tidak bisa ikut tampil. Termasuk di Japan Open dan China Open 2018 yang baru berakhir akhir pekan kemarin.

Ketika Jojo dan Ginting tampil di China Open 2018 yang merupakan turnamen Super 1000 BWF World Tour, Ihsan tampil di Bangka Belitung Indonesia Masters, turnamen level Super 100.

Ginting, Jojo dan Ihsan, bersahabat dan merasakan pengalaman manis pahit bersama di Pelatnas/ Foto: Youtube Channel Bola.com
Ginting, Jojo dan Ihsan, bersahabat dan merasakan pengalaman manis pahit bersama di Pelatnas/ Foto: Youtube Channel Bola.com
Nah, pekan ini, trio tunggal putra ini akan kembali tampil bareng di turnamen Korea Open 2018. Menariknya, dua diantara mereka datang sebagai juara.

Ginting baru saja menorehkan prestasi fenomenal dengan jadi juara China Open 2019. Dibilang fenomenal merujuk lawan-lawan yang dia kalahkan dari babak 32 besar hingga final, semuanya merupakan pemain top dunia (Lin Dan, Viktor Axelsen, Chen Long, Chou Tien-chen dan Kento Momota).

Sementara Ihsan datang setelah menjadi juara di Bangka Belitung Indonesia Masters 2018. Gelar Bangka Belitung Indonesia Masters 2018 ini menjadi gelar perdana bagi Ihsan di BWF World Tour.

Sepanjang tahun 2018, capaian terbaik Ihsan ialah finalis turnamen Akita Masters 2018 yang digelar di Jepang pada Juli 2018 lalu.

"Dari pertama di lapangan saya terus yakin dan fokus satu poin demi poin. Tapi game kedua saya ada kendala sedikit, fokus saya sempat blank dan depannya sempat ragu. Alhamdulillah saya bisa mengatasi sampai akhir," kata Ihsan seperti dikutip dari badmintonindonesia.org.

Menariknya, di akun Instagram Ihsan @ihsan_maulanamustofaa yang memajang foto dirinya dengan medali juara,  Anthony Ginting ikut berkomentar memberikan ucapan selamat.

"Congratsss San! Semangat terus !!," tulis Ginting lewat akun @sinisukaanthony.

Tak hanya saling memotivasi, di lapangan mereka kerap saling membalaskan kekalahan. Masih ingat final Asian Games 2018 lalu, ketika Jojo juara dengan mengalahkan Chou Tien-chen (CTC). Jojo seperti membalaskan kekalahan Ginting dari pemain Tawain itu. 

Pun di Japan Open 2018 lalu, ketika Jojo out di round 1 usai kalah dari HS Prannoy, Ginting balik membalasnya dengan mengalahkan pemain India tersebut di round 2.  

Beberapa warganet menyoroti aksi berbalas membalaskan kekalahan antara Jojo dan Ginting tersebut. Ada yang bilang begini "terharu melihat kekompakan dua pemain ini".

Bagaimana di Korea Open 2018?

Ketika tahun lalu, Ginting dan Jojo bertemu di final, ada yang menganggap itu "final keberuntungan" mereka. Sebab, kala itu, sedikit saja pemain top dunia yang tampil di Korea Open. Meski, sejatinya tidak ada keberuntungan yang dominan di lapangan. Ia hanya mengikuti kerja keras sang pemain.

Tahun ini, dengan Ginting baru saja menjuarai China Open dan Jojo berstatus peraih medali emas tunggal putra Asian Games pada akhir Agustus lalu, keduanya berpeluang bertemu di final. Meski, Korea Open kali ini akan lebih sulit dibanding sebelumnya karena beberapa nama top seperti Axelsen, Momota, Kenta Nishimoto dan jagoan tuan rumah, Son Wan-ho ikut tampil.

Sesuai drawing, Jojo berada di pool atas dan akan bertemu Kanta Tsuneyama di round 1. Jojo berpeluang menang karena pekan lalu mengalahkan Kanta di rund 1 China Open. Bila bisa lolos dari putaran pertama dan kedua, Jojo bisa bertemu Axelsen di perempat final.

Sementara Ginting yang berada di pool bawah section 3, akan bertemu pemain Prancis, Lucas Corvee di round 1. Di atas kertas, Ginting yang jadi unggulan 7, seharusnya bisa menang atas pemain Prancis berusia 25 tahun ini.

Menariknya, Ihsan juga berada di pool ini. Artinya, bila lancar, mereka bisa bertemu di perempat final. Namun, Ihsan akan langsung bertemu lawan berat, Chou Tien-chen (CTC) di round 1. CTC yang jadi unggulan 4, jelas bukan lawan ringan. Meski, Ihsan pastinya akan sangat termotivasi usai jadi juara di Indonesia Masters.

Selain ketiga sahabat ini, Indonesia juga masih punya pemain senior, Tommy Sugiarto di nomor tunggal putra. Tommy yang jadi unggulan 8, akan bertemu pemain senior Korea Selatan, Lee Hyun-ill yang kini berusia 38 tahun.

Nomor tunggal putra akan menjadi harapan bagi Indonesia untuk memburu gelar di Korea Open 2018. Sebab, Indonesia tidak menurunkan pemain-pemain terbaik di ganda putra. Hanya pasangan muda, Akbar Bintang Cahyono/M Reza Pahlevi Isfahani. Pun, di nomor ganda putri, ganda terbaik Indonesia, Greysia Polii/Apriyani mundur karena Apriyani mengalami luka di telapak kakinya usai jadi semifinalis di China Open.

Ah, menarik ditunggu bagaimana akhir cerita perjuangan trio Ginting, Jojo dan Ihsan di Korea Open 2018. Doa terbaik untuk perjuangan mereka dan juga pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia di nomor lainnya. Salam bulutangkis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun