Apa kabar pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia di turnamen Thailand Open 2018?
Sejak Selasa (10/7) lalu, sebanyak 28 pemain Indonesia berpeluh keringat mengayun raket di turnamen BWF level Super 500 berhadiah 350 juta dolar ini. Sepuluh pemain melangkah dari fase kualifikasi dan 18 pemain langsung tampil di babak utama.
Hari ini, Minggu (15/7), turnamen yang digelar sejak tahun 1984 ini memasuki fase akhir dengan menggelar lima pertandingan final: tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri dan ganda campuran. Kabar bagusnya, Indonesia mengirimkan tiga wakil di final Thailand Open 2018. Yakni Tommy Sugiarto di tunggal putra, pasangan Greysia Polii/Apriani Rahayu di ganda putri dan pasangan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja di nomor ganda campuran.
Di semifinal kemarin, Indonesia sejatinya berpeluang mengirimkan lima wakil ke final. Sayangnya, tunggal putra senior, Sony Dwi Kuncoro (34 tahun), kalah rubber game dengan skor tipis dari pemain Jepang, Kanta Tsuneyama dan gagal mewujudkan final sesama pemain Indonesia.
Sementara tunggal putri rising star Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, tampil heroik melawan tunggal putri rangking 3 dunia asal India, Pusarla Venkata Sindhu. Sayang sekali, Gregoria yang masih berusia 18 tahun, kalah rubber game setelah membuat peraih medali perak Olimpiade 2016 ini kerepotan di game pertama (Gregoria berpeluang menang meski akhirnya menyerah 21-23) dan sempat menang 21-16 di game kedua. Sayangnya, dia 'habis' di game ketiga.
Terlepas dari itu, Gregoria telah berkembang pesat sejak naik ke level senior usai tahun lalu menjadi juara dunia junior 2017. Menurut saya,gadis manis kelahiran Wonogiri ini punya prospek bagus untuk menjadi tunggal putri terbaik Indonesia dan ada di jajaran tunggal putri top dunia di masa mendatang.
Kembali ke final, dengan memiliki tiga wakil di laga puncak, Indonesia bisa melanjutkan tradisi meraih gelar di Thailand Open. Ya, di lima penyelenggaraan terakhir Thailand Open, pemain-pemain Indonesia selalu bisa membawa pulang minimal satu gelar.
Dimulai dari tahun 2012 ketika Sony Dwi Kuncoro jadi juara tunggal putra. Di tahun 2013, Indonesia bahkan bisa meraih 2 gelar lewat ganda putri Nitya Krishinda/Greysia Polii dan ganda campuran Markis Kido/Pia Zebadiah. Tahun 2014 turnamen tidak digelar. Lalu, di tahun 2015, pasangan Wahyu Nayaka/Ade Yusuf jadi juara ganda putra. Di tahun 2016, giliran Berry Angriawan/Hardianto jadi juara ganda putra. Dan, tahun lalu, Indonesia meraih dua gelar lewat Berry/Hardi dan Greysia Polii/Apriani di ganda putri.
Merujuk lawan di final, peluang Indonesia memang cukup berat. Namun, tidak ada yang tidak mungkin. Tommy akan bertemu Kanta Tsuneyama. Merujuk penampilan Tommy yang tengah on fire di beberapa turnamen terakhir, putra dari legenda bulutangkis Indonesia, Icuk Sugiarto ini berpeluang meraih gelar.
Lawan berat dihadapi Greysia/Apriyani yang akan coba mempertahankan gelarnya. Greysia/Apriyani bertemu ganda Di final, Greysia/Apriani menghadapi ganda Jepang, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi. Selama ini, ganda peraih medali emas Olimpiade 2016 ini kerapkali menjadi batu sandungan bagi mereka. Faktanya, di lima pertemuan sebelumnya, Greysia/Apriani selalu kalah. Termasuk di final Indonesia Master 2018 pada Januari lalu.
Toh, Greysia/Apriani punya bekal bagus untuk mencoba 'pecah telur' dengan meraih kemenangan perdana atas Takahashi/Matsutomo. Mereka melaju ke final setelah mengalahkan ganda putri Jepang, Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto di semifinal. Tanaka/Yonemoto merupakan juara BWf Super Series World Final 2017.