Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ingatan "Sepak Bola Gajah" dan Pilih-pilih Lawan di Babak 16 Besar Piala Dunia 2018

26 Juni 2018   14:04 Diperbarui: 26 Juni 2018   14:13 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kapan gajah ikut turnamen sepak bola?

Saya percaya gajah bisa bermain bola. Bermain dalam artian menendang bola. Namun, dalam ranah strategi dan pemahaman terhadap rule of game serta nilai-nilai fair play, gajah tentu saja belum samai ke sana. Terlebih untuk tampil di sebuah turnamen sepak bola antara negara level ASEAN.

Namun, gajah ternyata pernah disebut-sebut ikut bermain di Piala Tiger 1998--cikal bakal Piala AFF. Ironisnya, penyebutan gajah bermain bola itu justru berkaitan dengan nama Indonesia. Ya, Indonesia pernah dituding memainkan "sepak bola gajah" ketika bermain melawan Thailand di laga pamungkas Grup A di Piala Tiger 1998 yang berlangsung di Vietnam.

Di malam yang terkutuk, Senin 31 Agustus 1998, baru kali itu, ada dua tim bertanding tetapi tidak ingin memenangi pertandingan. Kedua tim memilih mempermalukan diri sendiri, maunya kalah saja  demi menghindari tuan rumah Vietnam. Sepanjang laga, kedua tim lebih sibuk mengoper bola di area permainan sendiri.  

Vietnam yang telah bermain pada 30 Agustus 198, kala itu dipastikan menjadi runner-up Grup B dibawah Singapura. Artinya, tim juara grup A akan bertemu Vietnam di babak semifinal. 

Jadilah Indonesia dan Thailand bermain sepak bola bak gajah yang tanpa strategi. Sekadar menendang mengoper. Hingga menit ke-86, skor sama kuat 2-2. Bila begitu, Indonesia yang akan jadi juara grup. Namun, di menit ke-90, terjadilah tragedi itu. Bek Indonesia, Mursyid Effendi menendang bola ke gawangnya sendiri. Indonesia pun kalah 2-3 dan memang terhindar dari pertemuan melawan Vietnam. Tapi, kalah dari Singapura di semifinal.

Mursyid langsung dihukum FIFA dilarang berkiprah dalam kancah internasional sepanjang sisa hidupnya. Indonesia dan Thailand pun masing-masing dijatuhi denda sebesar US$40.000. Dalam wawancara dengan media  pada 2014 lalu, Mursyid blak-blakan menyebut ada dalang di balik tragedi itu dan berharap agar jangan lagi ada pemain jadi korban seperti dikutip dari https://sport.detik.com/sepakbola/liga-indonesia/2732474/mursyid-effendi-buka-bukaan-jangan-lagi-pemain-jadi-korban.

Saya kok mendadak teringat tragedi pilu Timnas Indonesia di Piala Tiger 1998 itu. Mendadak ingat ketika mulai awal pekan ini, babak penyisihan grup Piala Dunia 2018 memasuki pertandingan terakhir.  

Dan memang, seperti apa yang dirasakan timnas Indonesia pada 1998 silam, ketika bertanding di laga akhir fase grup, yang dipikirkan tidak lagi sekadar hasil akhir. Namun, juga 'mengintip' siapa lawan yang akan dihadapi di babak 16 besar.

Terlebih di Piala Dunia 2018, juara dan runner-up grup di setiap grup, masih harus ditentukan hingga pertandingan terakhir. Nah, bila di Piala Tiger 1998 dulu pertandingan digelar berbeda hari, di Piala Dunia hanya berselisih hitungan jam. Artinya, penasaran perihal tim yang akan dihadapi di babak 16 besar semakin besar.

Seperti pertandingan akhir di Grup A dan B tadi malam. Pada pukul 22.00 waktu Indonesia (pertandingan dimulai ukul 18.00 waktu Rusia), sudah bisa diketahui siapa juara dan runner up grup A. Uruguay menjadi juara Grup A usai mengalahkan Rusia 3-0.

Nah, yang menarik adalah laga akhir di Grup B yang digelar tiga jam kemudian. Tiga tim di grup B, Spanyol, Portugal dan Iran berebut "dua tiket" lolos ke babak 16 besar. Dengan mengetahui hasil di Grup A, selain ingin lolos, bila harus memilih, ketiganya tentu tidak berharap bertemu Uruguay yang tengah on fire. Artinya, mereka ingin menjadi juara grup sehingga bertemu Rusia saja.

Yang terjadi, lewat drama gol menit akhir yang diputuskan oleh VAR, Spanyol yang sempat tertinggal dua kali, bisa bermain 2-2 dengan Maroko. Sementara Portugal yang diwarnai kegagalan penalti Cristiano Ronaldo dan keputusan VAR untuk penalti Iran di menit akhir, akhirnya bermain 1-1.

Dengan begitu, Spanyol yang memang mengincar juara Grup B, berada di puncak dan akan menghadapi Rusia di babak 16 besar karena meski sama-sama mengumpulkan 5 poin tetapi unggul jumlah gol yang dicetak dari Portugal (6-5 berbanding 5-4). Sementara Portugal yang jadi runner up, akan bertemu tim pemilik pertahanan kokoh, Uruguay yang belum kemasukan gol di tiga laga.

Drama-drama menegangkan seperti itu rasanya juga akan terjadi di grup-grup lainnya. Malam nanti, di grup C, Prancis dan Denmark akan bertemu untuk berebut juara Grup C. Sementara Australia juga masih mengintip peluang lolos dengan berharap Denmark kalah dan mereka menang atas Peru.

Aturan di Piala Dunia 2018, untuk penentuan lolos bila dua tim memiliki poin sama, selisih gol-lah yang utama (bukan head to head dua tim). Karenanya, bila Australia menang, mereka masih punya peluang, tinggal menunggu hasl akhir Prancis-Denmark.

Sementara di grup D, Kroasia yang sudah lolos akan bertemu Islandia. Dan Argentina akan mencoba menyelamatkan nasib mereka di Piala Dunia 2018 saat menghadapi Nigeria. Tiga tim masih berpeluang mendampingi Kroasia. Siapa yang akhirnya lolos?

Apapun masih bisa terjadi. Nigeria yang dalam empat pertemuan di Piala Dunia sebelumnya selalu kalah dari Argentina, bisa menang. Argentina juga bisa move on dari penampilan buruk saat kalah dari Kroasia di laga sebelumnya. Dan, Islandia juga bisa menang karena terbantu kebijakan Kroasia yang akan mencadangkan beberapa pemain inti yang terkena kartu kuning demi fokus ke babak 16 besar.

Apakah akan ada "sepak bola gajah" demi menghindari lawan di babak 16 besar. Rasanya Piala Dunia tidak akan sebegitu pilu dan bikin mengelus dada seperti Piala Tiger edisi 1998 silam. Terlebih, kecuali  Prancis yang sudah blak-blakan menyebut ingin menghindari perjumpaan dengan Kroasia di babak 16 besar--fokus tim-tim di Grup C dan D sejatinya lebih ingin lolos, tak peduli siapa lawan di babak 16 besar.

Jadi, bagaimana prediksi sampean perihal tim-tim yang akan lolos ke babak 16 besar dari Grup C dan D. Apakah Argentina, sang juara dunia dua kali dan finalis Piala Dunia 2014 ini akan bisa memperpanjang nafas atau malah mengulang aib di Piala Dunia 2002 silam saat mereka pulang cepat. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun