Setiap cabang olahraga punya bintang utama. Ada superstar-nya. Dan karena berstatus superstar, maka apapun yang dilakukan dan disampaikan oleh sang bintang utama, akan menarik untuk dilihat dan didengar.
Di bulutangkis era kekinian, Lee Chong Wei adalah salah satu superstar nomor tunggal putra. Pengalaman panjang dan berbagai gelar membuat pemain berusia 35 tahun ini menjadi salah satu idola. Dan layaknya superstar, apapun yang dia sampaikan, akan langsung jadi berita utama.
Seperti akhir kemarin, dalam sebuah wawancara usai bertemu Academy Badminton Malaysia (ABM), LCW mengkritisi beberapa pemain muda Malaysia yang menurutnya tidak layak berada di tim nasional Malaysia karena penampilannya stagnan meski telah beberapa kali mendapatkan kesempatan untuk membuktikan kemampuan mereka.
Menariknya, dalam wawancara itu, LCW menyebut dua pemain tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie sebagai pilihan role model bagi pemain-pemain muda Malaysia jika ingin menapaki tangga menuju pemain terbaik dunia.
"Players like Axelsen, Kento Momota (Japan), Kenta Nishimoto (Japan), Anthony Sinisuka Ginting (Indonesia) and Jonatan Christie (Indonesia) are young players who are already up there among the best in the world".
Begitu pernyataan Lee Chong Wei yang dikutip dari New Straits Times. Pernyataan yang menurut saya sangat menarik. Menarik karena ketika dua tunggal putra Indonesia sempat "panen kritik" di negeri sendiri usai kegagalan di Piala Thomas 2018, keduanya justru mendapat apresiasi tinggi dari seorang bintang utama di nomor ini.
Apakah kritikan terhadap Ginting dan Jonatan selama ini keliru? Ah, tidak ada yang keliru dengan kritikan terhadap mereka karena memang disampaikan untuk perbaikan kualitas keduanya. Apalagi, kritikan tersebut disampaikan oleh para legenda bulutangkis seperti Liem Swie King.
Lalu, apakah apresiasi LCW kepada Ginting dan Jonatan salah tempat? Sebagai pemain yang seringkali mengamati permainan Gnting dan Jonatan serta juga beberapa kali berhadapan langsung di turnamen-turnamen level atas, LCW pastinya paham potensi dua pemain Indonesia ini. Jadi, tidak ada yang salah dari pujian LCW.
Namun, yang terpenting dari pernyataan LCW tersebut adalah pesan yang harus bisa ditangkap oleh Ginting dan Jonatan. Bahwa mereka sebenarnya punya potensi untuk "meledak" menjadi tunggal putra hebat di level dunia seperti halnya Viktor Axelsen (Denmark) dan duo Jepang, Kento Momota dan Kenta Nishimoto. Hanya saja, entah karena belum sadar potensi atau karena memang "belum siap", penampilan Ginting dan Jonatan masih jauh dari kata konsisten.
Pun, di awal tahun 2018 ini, ketika Ginting jadi juara Indonesia Masters dengan terlebih dulu menaklukkan "lawan kelas berat" seperti Chen Long di perempat final, Chou Tien-chen di semifinal dan Kazumasa Sakai, itu seharusnya menjadi reminder bagi Ginting.