Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kenangan Berburu Layangan di Sawah dan Jebakan Bingkisan Lebaran

3 Juni 2018   15:48 Diperbarui: 3 Juni 2018   15:58 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berburu layangan putus, salah satu kenangan paling seru semasa kecil di bulan Ramadan/Foto: Hipwee.com

Didik, kawan saya yang kebetulan melihat petani itu berlari sambil mengacungkan sabitnya, langsung berteriak. "Wooi ono sing nduwe sawah ngamuk, ayo mlayu (ada yang punya sawah sedang marah, ayo kabur)," teriaknya sambil berlari.  

Saya dan teman-teman pun spontan ikut lari tunggang langgang, menuju rumah masing-masing. Siang itu, tidak hanya lelah bukan main, tapi juga takut dan kapok "berburu" lagi. Namun, itu hanya kapok sambal. Keesokan harinya ya berburu layangan lagi. Meski sebelum terjun ke sawah, kami tengak-tengok dulu apakah si pemilik sawah yang mengejar kami kemarin ada di sawah atau tidak.

Hebatnya, meski seringkali seharian berada di sawah yang membuat wajah kami gosong karena kepanasan dan baru kembali ke rumah sore, kami tetap kuat menjalankan puasa hingga adzan maghbrib.  

 Jebakan bingkisan Lebaran yang sukses besar

Bila siang hari kami menghabiskan waktu di sawah, malamnya kami merupakan "anak masjid/musholla". Usai sholat isya dan tarawih, kami tidak akan ke mana-mana, tetapi bergantian tadaruz-an (membaca Al-Quran). Meski, salah satu motivasi kami kala itu karena di musholla ada beraneka makanan/minuman takjil yang setiap hari dikirimi warga. Kapan lagi kami bisa makan/minum gratis seperti itu bila tidak di bulan Ramadan.

 Selama Ramadan, musholla adalah rumah kedua kami di malam hari. Usai tadarruz-an, kami tidak pulang, tetapi tidur di musholla. Mesi tanpa bantal dan tanpa selimut. Sekadar membawa sarung. Lantas bangun di waktu sahur untuk membangunkan warga makan sahur melalui suara toa musholla dan bunyi-bunyian seadanya.

Nah, ada momen yang paling saya ingat dari kebiasaan kami tidur di musholla ini. Yakni keusilan kami pada seminggu terakhir jelang Lebaran. Kebetulan, musholla kami berada persis di seberang jalan. Dan, kala itu, pada seminggu jelang lebaran, orang dari kampung-kampung seberang kampung kami, sedang ramai-ramainya berbelanja ke satu-satunya mall di kota. Dan satu-satu nya jalan untuk menuju kota ya di seberang musholla kami itu.

Dari situ, pikiran usil kami muncul. Kami menyiapkan "perangkap" di jalan. Kami menyiapkan kardus kecil yang diisi batu atau hanya kertas yang kemudian dibungkus tas plastik merk mall tersebut. Kami lalu menaruhnya di seberang jalan. Jadi kesannya, seolah-olah ada barang belanjaan orang yang terjatuh di jalan sehingga akan menarik orang untuk mengambilnya.

Untuk menyempurnakan jebakan itu, kami mematikan semua lampu musholla setelah tadarruz-an usai. Supaya kesannya di musholla tersebut memang tidak ada orang. Dan, beberapa menit kemudian, keusilan kami itupun berbuah tawa.

Ya, ketika pengguna jalan yang awalnya melajukan kencang motornya di jalan tersebut, lantas berbalik arah demi ingin mengambil bungkusan tersebut. Dan ketika mereka berhenti untuk mengambil bungkusan itu, kami yang awalnya menahan tawa di dalam musholla lantas berteriak kompak "ketipu...".

Tentu saja orang tersebut malu dan lantas berlalu. Pernah ada yang marah-marah. Bahkan, ada juga yang nekad mengambil bungkusan jebakan tersebut meskipun sudah tahu itu bohongan. Ah, bapak-bapak yang dulu terkena jebakan kami, mohon dimaafkan keusilan kami tersebut.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun