Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sudahkan Kita Menyapa Pagi dengan Benar?

11 Mei 2018   07:25 Diperbarui: 11 Mei 2018   22:05 2990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay)

Dalam buku "Pagi dan Hal-Hal yang Dipungut Kembali", Goenawan Mohammad menuliskan banyak hal tentang pagi yang ternyata tak sekadar penanda waktu. Ada banyak kalimat menarik, menggelitik sekaligus menyentil sisi kemanusiaan kita yang dia himpun. Tentang harapan, tentang kebiasaan, juga tentang gagasan.

Contohnya ada kalimat begini: "Selamat pagi. Selamat pagi kepada mereka yang tiap hari memperbaiki sebuah jalan dekat kita yang selalu rusak, yaitu harapan". Ada juga kalimat begini: "Pagi, hidup tak hanya ditentukan oleh judul-judul berita, bukan?".

Dan, salah satu kalimat yang paling saya suka: "Pagi adalah ikhtiar yang tak dikatakan. Selamat Pagi. Berpagi-pagi dahulu, bersiang-siang kemudian. Berbagi hati dahulu, berbagi siang kemudian".

Bagi saya, kumpulan kalimat itu tidak sekadar kata-kata yang tersusun dengan diksi yang manis. Namun, ada pesan, sindiran dan juga harapan yang tersurat dan tersirat.

Lalu, bagaimana sampean (Anda) menyapa pagi? Apakah sibuk bersiap berangkat ngantor atau malah sudah dalam perjalanan menuju tempat kerja. Apakah duduk mager alias malas gerak di depan layar televisi sembari mengikuti berita serius atau acara menggosip dengan mengatasnamakan "supaya update informasi".

Ataukah juga mager di kursi sembari aktif menggerakkan jemari guna membaca pesan yang berkelindan di grup-grup WhatsApp ataupun memantau perkembangan terbaru di sosial media. Atau malah, sampean tidak memiliki cerita di pagi hari karena masih nyenyak di atas kasur.

Setiap orang punya gaya masing-masing dalam melewatkan paginya. Dan yang jelas, pagi sampean tidak hanya ditentukan oleh judul-judul berita. Jangan karena selepas menonton/membaca berita sedih, sampean langsung ikutan lemah semangat. Jangan karena usai membaca/menonton tayangan yang bikin gregetan, sampean langsung menggerutu, marah dan "merusak" pagi.

Nah, agar pagi kita terasa "manis" tanpa harus khawatir terkena diabetes, ternyata ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sebelum jam 8 pagi. Beberapa hal ini merupakan rekomendasi dari psikolog dan orang tua asuh yang saya baca di Huffington Post. Bahwa, bila sampean ingin bergerak maju dan terhindar dari melakukan rutinitas harian kosong, ada delapan hal penting yang harus Anda lakukan sebelum jam 8 pagi.

Bangun pagi usai tidur cukup
Setiap orang tentunya memiliki lama waktu tidur berbeda. Tetapi, setiap orang butuh waktu tidur yang cukup. Dan, kata cukup ini bergantung masing-masing orang. Ada yang cukup tidur 4-5 jam. Ada yang enam atau tujuh jam. Tapi yang pasti, tidur merupakan kebutuhan penting selain makan dan minum air. Tidur yang cukup akan membuat badan lebih bugar, meningkatkan fokus dan mengurangi stres.

Nah, survei yang dilakukan National Sleep Foundation (NSF), ada jutaan orang di Amerika Serikat yang ternyata mengalami berbagai masalah dikarenakan kurang tidur. Selain sakit, ada banyak orang yang mengalami kantuk di siang hari sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari mereka.

Lalu, bagaimana bila ingin rutin bangun pagi dan memiliki tidur cukup? Saya yakin sampean sudah tahu jawabannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun