Ada banyak pelatih di negeri yang pernah ditunjuk melatih tim nasional di semua level usia. Tapi, tidak banyak pelatih yang mau melompat dari kekakuan “jalan biasa” seperti hal nya Indra Sjafri. Ketika berhasil membawa Timnas U-19 jadi juara Piala AFF 2013 di Sidoarjo, kita tahu bahwa sukses itu adalah buah manis dari perjuangan nya untuk blusukan ke penjuru Indonesia. Perjuangan guna mencari pemain-pemain muda berpotensi di seantero negeri.Indra tidak menunggu pemain bagus datang lewat seleksi pemain yang terpusat di ibu kota atau sekadar datang ke kota-kota besar. Begitu seleksi cara lama yang dulu seolah dianggap paling pas. Cara itu yang acapkali menggoda media untuk membuat berita nyinyir. Bukankah media dulu seringkali memberitakan isu adanya pemain titipan yang kualitas sejatinya tidak bagus tapi bisa lolos seleksi.
Ketika kembali ditunjuk menangani Timnas U-19, Indra Sjafri kembali mengulangi cara yang dulu pernah sukses besar itu. Pelatih kelahiran Sumatera Barat ini kembali berburu pemain-pemain muda ke daerah-daerah yang sepak bolanya belum banyak diketahui orang. Sasaran pertamanya adalah Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tengara Timur.
“Seleksi pemain Timnas U-19, dimulai dari Atambua-Belu NTT. Banyak potensi di sini yang selama ini tidak pernah dilihat”.
Namun, yang menarik dari komentar tersebut, ada lebih banyak pertanyaan yang ditujukan kepada Indra Sjafri. Pertanyaan kapan daerah mereka juga akan disambangi oleh pelatih berusia 54 tahun ini. Beberapa di antaranya daerah yang klub sepak bolanya belum banyak terdengar di pentas tertinggi nasional. Ada yang menanyakan kapan seleksi di Lampung, Jambi, Gunung Kidul, Ngawi, Purwodadi, Kendari, Maluku Tenggara hingga Halmahera Timur.
Intinya, dari pertanyaan itu, ada kekangenan dan juga harapan besar agar daerah mereka juga didatangi oleh Indra Sjafri. Agar pemain-pemain muda di daerah yang perkembangan sepak bola belum banyak di ekspos media tersebut, bakat mereka bisa terpantau. Dan, merujuk pada semangat besar Indra untuk menemukan bakat-bakat terpendam, harapan itu sepertinya akan dijawabnya. Sebab, Indra Sjafri memang punya semangat besar untuk membentuk tim U-19 yang benar-benar rasa Indonesia seperti halnya Timnas U-19 yang juara 2013 lalu. Rasa Indonesia karena berasal dari berbagai penjuru di Indonesia. Bukan hanya di kota-kota besar di pulau tertentu saja.
Dengan melihat langsung teknik/skill dan kecepatan lari pemain, visi bermain, juga kebugaran kondisi fisik dari pemain yang diseleksi, Indra jadi benar-benar tahu potensi pemainnya. Dia tahu kelebihan pemain yang masih bisa ditingkatkan. Dia juga tahu kekurangan pemain yang bersangkutan yang masih bisa dipoles. Dia bukanlah pelatih yang mau 'membeli kucing dalam karung'. Tapi, pemain yang memang lolos seleksi adalah pemain memang layak membela Timnas.
Dan, itulah bentuk kerja nyata Indra Sjafri. Seperti ucapan yang dia sampaikan ketika diperkenalkan sebagai pelatih Timnas U-19. Bahwa, “semua pengetahuan tidak akan berguna jika tanpa kerja nyata”. Dan tujuannya tentu hanya satu: demi kemajuan sepak bola Indonesia. Seperti yang ditulis Indra dalam postingan foto di IG nya bersama pelatih Timnas senior, Luis Milla Aspas dan pelatih Timnas U-16, Fachry Husaini. Tulisannya, “Untuk satu tujuan, sepak bola Indonesia lebih baik”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H