Tifosi AC Milan di mana pun rasanya tengah semringah. Ya, ada banyak alasan bagi Milanisti untuk gembira. Gembira karena Milan baru saja mengalahkan sang rival bebuyutan, Juventus, 1-0, Minggu (23/10) dini hari kemarin. Itu kemenangan perdana Milan atas Juve setelah empat tahun. Ya, empat tahun! Milanisti juga pastinya gembira karena Milan kini ada di posisi atas (posisi tiga dengan hanya berselisih dua poin dari Juventus di puncak klasemen).
Melihat Milan berada di posisi klasemen atas, serasa melihat kembali kekasih yang lama tak muncul. Selama bertahun-tahun, harapan untuk melihat Milan bangkit tak juga terwujud sehingga berubah jadi kebosanan bahkan lantas jadi kepasrahan.
Sudah empat tahun, Milan bak tertidur. Pergantian pelatih dari Massimiliano Allegri ke Clarence Seedorf, lalu Filippo Inzaghi hingga Sinisa Mihajlovic, belum mampu menghasilkan perubahan positif. Baru di era kepelatihan Vincenzo Montella, Milan terlihat menemukan kembali identitas aslinya: tim yang berani bersaing memburu gelar. Keberanian itu yang tidak terlihat di tahun-tahun sebelumnya pasca kali terakhir merebut Scudetto musim 2011 silam.
“Komposisi tim Milan sekarang mengingatkan saya pada proyek Juventus beberapa tahun lalu”.
Begitu komentar Gianluigi Buffon jelang pertemuan Milan dan Juventus akhir pekan kemarin. Buffon benar, Milan kini memang seperti Juventus kala ditangani Antonio Conte lima tahun lalu yang kembali jadi juara setelah hanya berkutat di papan tengah Serie A Italia pasca kembali dari pengasingan Serie B imbas skandal Calciopoli. Berkat Conte, Juve yang sempat lupa caranya juara, kembali menangan. Montella punya cara sama dalam membangun kembali nama besar Milan seperti Conte dulu membangun kembali Juve jadi tim juara.
Di Serie A Italia musim ini, Montella tidak punya tim glamor seperti halnya Juventus atau AS Roma. Milan tidak punya pemain sangat menonjol sekaliber bintang masa lalu mereka. Terlalu sombong bila membandingkan Milan sekarang seperti tim Milan era 2010/11 ketika kali terakhir memenangi Scudetto dengan diperkuat Zlatan Ibrahimovic. Terlalu berlebihan bila menyebut Milan kini sehebat Milan era 2007 ketika mereka memenangi Liga Champions dengan pemain top macam Ricardo Kaka, Andrea Pirlo, Gennaro Gattuso, Alessandro Nesta, Paolo Maldini dan Filippo Inzaghi.
Tapi, disitulah kekuatan Milan sekarang. Tanpa pemain superstar, Milan bak sebuah keluarga yang menyatu. Hingga pekan kesembilan Serie A Italia, Montella terlihat berhasil membentuk sebuah tim yang kompak. Kompak dalam permainan. Juga kompak di luar permainan. Terbukti tidak pernah terdengar friksi di internal tim Milan seperti halnya ketika Mihajlovic melatih di musim sebelumnya.
Kombinasi pemain muda senior, alumni akademi, Italiano dan pemain asing, membuat Milan tumbuh menjadi tim yang punya energi besar ingin menang. Hebatnya, Milan juga tidak tergantung pada satu individu. Terbukti, ketika sang kapten Ricardo Montolivo cedera, bocah berusia 18 tahun, Manuel Locatelli, tampil jadi bintang kala melawan Juve.