Namun, bagi Joe Hart, bermain di Torino, setidaknya membuat dirinya mendapatkan keistimewaan. Yakni bisa bermain setiap pekan. Sebagai pemain inti. Sebab, dengan jadi pemain inti, posisinya sebagai kiper utama Timnas Inggris, akan tetap aman. Hanya itu yang dia harapkan. Tidak ada lagi. Itu kepuasan terbesarnya saat ini.
Seiring waktu, Hart membuktikan dirinya memang kiper hebat yang pantas dihargai. Di bawah pelatih Sinisa Mihajlovic, Hart kini menjadi kiper kesayangan. Dia jadi salah satu alasan dari start manis yang diraih Torino di Serie A Italia musim ini. Dari tujuh (7) pertandingan, Torino kini ada di posisi delapan (8) dengan tiga kali kemenangan dan dua kali draw. Dari tiga kemenangan itu, dua diraih di laga terkini dengan mengalahkan dua tim kuat, 3-1 atas AS Roma (25/9) dan dini hari tadi menang 2-1 atas Fiorentina.
Hart yang baru main di pekan ketiga, memang tidak mengawalinya dengan baik. Di laga debutnya, Torino kalah 1-2 dari Atalanta. Tetapi, di dua laga berikutnya, dia sukses membuat cleen sheet, 0-0 atas Empoli (18/9) dan Pescara. Padahal, saat lawan Pescara, Torino bermain dengan 10 orang sejak awal babak kedua dan sembilan pemain sejak menit ke-75.
Total, dari lima laga, Hart baru kemasukan empat gol. Jumlah itu bahkan lebih keren dari catatan Claudio Bravo di City. Sejak memainkan debut pada laga derby Manchester, Bravo bermain empat kali di Liga Inggris dengan kemasukan lima gol dan hanya sekali cleen sheet saat melawan Bournemouth (17/9). Itu belum termasuk saat City kemasukan tiga gol kala main 3-3 dengan Glasgoc Celtic di Liga Champions (29/9). Padahal, bek-bek yang melindungi gawang Hart di Torino, jelas bukan bek-bek top seperti di City.
Hart telah mendapatkan kembali kebesarannya dengan cara mengalah. Andai dia tidak mengalah dengan pergi dari City, namanya tentu akan terlupakan. Dia hanya akan jadi pemanis bangku cadangan. Hart telah mendapatkan kenyamanan dan kepuasan dengan cara mencari celah baru, bukan dengan memaksakan berkompetisi. Bahwa, mengalah tak selamanya berarti kalah.
Ibarat orang memancing, Hart memang tidak lagi memancing di lautan lepas dengan membawa kapal mesin. Dia tidak lagi bisa memancing ikan laut besar yang nilainya mahal dan prestise-nya tinggi. Dia kini hanya memancing di sungai. Tangkapan ikannya mungkin hanya ikan biasa.
Ya, Hart memang tidak lagi bisa merasakan gemerlap main di Liga Champions. Hart memang tidak lagi mendapatkan publikasi besar dan juga gaji wah seperti yang diterimanya di City. Kariernya kini memang jauh dari kemewahan. Tetapi, dia kini bisa lebih menikmati semua bentuk kesederhanaan itu. Kenikmatan yang didapatnya dengan cara mengalah.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H