Kebanyakan orang ketika ditanya apa yang akan dilakukan untuk menjaga kesehatan, mayoritas akan menjawab dengan rutin berolahraga. Bahwa olahraga bisa membuat badan nya menjadi sehat, bugar dan tidak mudah sakit. Karena memang, dengan berolahraga, akan membuat kita aktif bergerak dan membakar kalori di tubuh.Namun, bagi ibu rumah tangga seperti istri saya, berolahraga bukan sekadar untuk menjaga kesehatan. Atau juga untuk menurunkan berat badan yang mulai melar. Bagi ibu rumah tangga seperti istri saya yang waktunya banyak dilewatkan bersama dua orang anak kecil di rumah, berolahraga selain untuk kesehatan, juga untuk menghilangkan stress. Karenanya, olahraga haruslah dilakukan dengan cara yang menyenangkan.
Beberapa ibu rumah tangga menganggap pekerjaan rumah seperti mencuci dan menyetrika baju, mencuci piring hingga bersih-bersih rumah, juga merupakan bagian dari olahraga yang menyehatkan. Bahwa dengan rajin bergerak, kesehatan tubuh akan terjaga. Itu benar.
Istri saya pun sempat berkeluh kesah tentang sulitnya mencari-cari waktu longgar untuk bisa berolahraga. Apalagi mengandaikan bisa bergabung dengan klub senam kebugaran di gym. Ataupun mengikuti senam yoga setiap akhir pekan. Keluh kesah istri itupula yang mengilhami saya untuk membuat tulisan ini.
Dia bercerita, dulu pernah ikut dalam senam pernafasan bersama warga komplek perumahan setiap Minggu pagi. Meski di awal mengikuti senam tersebut membuat badannya ngilu, tetapi sangat menikmatinya.
Namun, ternyata tidak mudah untuk bisa rutin ikut senam tersebut. Karena memang, Minggu pagi adalah hari keluarga. Ketika saya libur kerja dan anak-anak juga libur sekolah, maka dia pun lebih suka menyiapkan sarapan, menonton televisi bersama anak-anak atau jalan-jalan ke pasar minggu.
Dulu Aktif Karate, Kini Menikmati Senam Zumba
Padahal, semasa kuliah di Malang, istri saya aktif di olahraga beladiri karate. Sebagai karateka, dia sudah memegang sabuk biru. Dia beberapa kali tampil di kejuaraan karate. Juga ikut menjadi panitia kejuaraan karate. Pun, semasa SMA di Tangerang, dia aktif di klub basket sekolah. Lalu ketika SMP, dia sempat terdaftar di klub bulu tangkis. Meminjam ucapannya, "kala itu, olahraga adalah “makanan saya sehari-hari”.
Tetapi, begitu menjadi ibu rumah tangga, aktivitas berolahraga bak seperti “agenda mewah” yang sulit sekali untuk dilakukan. Dia mengaku harus pandai mencari-cari waktu longgar di sela aktivitas sebagai ibu rumah tangga, supaya bisa berolahraga ringan.
Kesempatan untuk berolahraga itu akhirnya datang sejak pertengahan tahun lalu. Tepatnya ketika dua anak kami bisa ditinggal di sekolahnya. Tahun lalu, hanya si kakak yang bersekolah di PAUD dan adik nya ikut menemani.
Maka, dia pun menemani keduanya di sekolah mengingat jam belajarnya tidak lama. Kini, si kakak Gaoqi (5 tahun) yang sudah TK, masuk pukul 07.30 WIb dan pulang pukul 11.00 WIB. Sementara adiknya Gaizan (3,5 tahun) yang PAUD, pulang pukul 10.30 WIB. Usai mengantar mereka, istri saya lantas kembali ke rumah pukul 08.00 WIB dan menjemput mereka jelang pulang.
Nah, ketika berada di rumah sendirian---saat saya bekerja dan anak-anak bersekolah--itulah, dia bisa melakukan olahraga ringan: senam zumba. Sebelumnya, dia memang berpesan ingin dibelikan kaset video senam zumba yang bisa diputar di DVD player.