Istilah sang mantan tidak hanya ada dalam urusan asmara di kehidupan nyata. Di sepak bola, sang mantan juga banyak bertebaran dalam berbagai bentuk. Ada yang berbentuk mantan klub, mantan pelatih, mantan pemain, mantan idola, juga mantan klub pujaan. Cieee...
Dan, bicara sang mantan, kadang berujung menyenangkan. Kadang juga bikin galau. Namun, tidak ada kisah yang lebih melakonlis selain cerita dua orang yang punya hubungan manis di masa lalu kemudian terpisah lama lantas 'kembali jadian' di era sekarang. Kisah itu yang kini dialami Zlatan Ibrahimovic dengan Jose Mourinho di Manchester United.
Ibra dan Mou pernah menjalin kebersamaan selama satu musim di Inter Milan (periode 2008-2009). Keduanya meraih trofi Serie A Italia dan Super Coppa Italia. Dan, khusus bagi Ibra, meski cuma satu musim, kebersamaannya dengan Mourinho adalah salah satu musim paling hebat dalam kariernya.
Di musim 2008/09 itu, Ibra selalu jadi pilihan utama Mou meski ada nama Julio Cruz dan Mario Balotelli. Dia bermain 46 kali dengan 45 kali jadi starter di semua kompetisi. Ibra mencetak 25 gol di Serie A dan menjadi top skor. Itu adalah jumlah gol terbanyak Ibra dalam semusim jika dihitung mulai berkarier di Malmo. Ajax dan Juventus, juga dua musim sebelumnya di Inter. Dia juga terpilih sebagai Pemain Terbaik Serie A dan Pemain Asing Terbaik Serie A. Lantas, dia pindah ke Barcelona.
Dalam buku biografi “I am Zlatan” yang ditulis David Lagercrantz, termuat banyak kutipan Ibra perihal kekagumannya pada Mourinho. Di antaranya:
“Saya tidak pernah bertemu pelatih dengan pengetahuan yang sebegitu luas tentang calon lawan. Dia berdiri dengan gagah di pinggir lapangan, mengikuti pertandingan. Seperti jenderal di medan perang.”
“Mudah sekali menyukai orang seperti dia. Kami klik. Kami mengerti satu sama lain.”
“Orang ini pekerja keras. Dia bekerja dua kali lebih keras dari lainnya. Dia memberikan segalanya untuk tim. Karenanya, saya pun ingin memberikan segalanya untuk dia. Demi dia, saya bahkan rela mati.”
Bahkan, ketika Ibra memutuskan pindah ke Barcelona jelang musim 2009/10, dia sempat berujar, “Sebera pun saya bahagia bisa ke Barca, saya merasa sedih meninggalkan Mourinho. Orang ini spesial.”