Lalu, apa peran yang bisa dilakukan laki-laki dalam memaknai Hari Kartini?
Pesan pentingnya adalah, para suami dan para calon ayah, bisa lebih care (peduli) terhadap istrinya. Kita bisa menjadi lebih teredukasi. Bahwa menjadi penting untuk merencanakan kehamilan, jumlah anak dan juga jarak kehamilan. Penting untuk menjadikan tiga hal itu sebagai ‘kesepakatan bersama’. Sehingga, ada identifikasi risiko yang bisa diantisipasi bersama.
Dan yang tidak kalah penting adalah melakukan kontrol sebelum dan selama masa kehamilan. Paling sedikit 12 kali kontrol. Tiga kali pada semester awal. Tiga kali pada semester kedua. Dan, enam kali pada semester tiga. Kata dokter, kontrol yang teratur ini bisa menurunkan risiko kematian ibu hamil hingga 50 persen.
Pada masa kontrol inilah, ke-care-an laki-laki pada perempuan akan terlihat. Apakah sekadar mau mengantar istri kontrol ke klinik ( menurut saya keterlaluan bila tidak mau mengantar hanya karena alasan kerja) lantas hanya menunggu di ruang tunggu, atau bersama-sama masuk ke ruang periksa sembari mendengarkan penjelasan dari dokter sebagai informasi penting.
Dulu, saat istri saya tengah mengandung anak pertama, pernah ketika periksa di sebuah klinik kandungan, kebetulan bertemu seorang kawan yang juga mengantar istri nya periksa. Nah, yang membuat saya heran, si kawan tersebut hanya menunggu di luar klinik. Duduk santai di atas motornya. Hanya istri nya yang masuk ke ruangan dokter. Lha.
Saya pun jadi tergoda berprasangka. Mungkin saja dia merasa suami tidak boleh masuk ke ruang periksa. Mungkin saja dia menganggap cukup istri nya saja yang tahu perkembangan janin nya karena toh istrinya yang akan melahirkan. Mungkin saja dia fobia bertemu dokter. Mungkin...mungkin.
Bagi saya, untuk urusan kehamilan, seorang suami juga wajib tahu segala hal tentang kandungan sang istri. Karenanya, kesempatan bertemu dokter ketika kontrol, adalah kesempatan emas untuk bertanya banyak hal tentang perkembangan janin. Bukan sekadar datang, periksa, lantas pulang. Dengan mendampingi istri melakukan kontrol, ketika ada risiko yang mengkhawatirkan, suami bisa berperan untuk memotivasi dan menguatkan mental psikologisnya.
Ya, penting untuk memaknai Hari Kartini sebagai momen untuk menggugah kepedulian terhadap keselamatan ibu melahirkan. Sebagai momen agar para suami dan calon ayah, lebih peduli pada istri nya. Sebab, seorang ibu dan calon ibu serta janinnya, adalah aset strategis bangsa dan pemilik masa depan: ibu hamil dan janinnua. Tidak seharusnya bila seorang ibu yang menjadi perantara lahirnya kehidupan baru dalam keberlangsungan bangsa ini, justru tidak dapat terselamatkan. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H