Anda pilih mana, mengarungi lautan dengan menaiki sebuah kapal pesiar besar nan mewah tetapi Anda tidak pernah punya kesempatan untuk menunjukkan potensi besar yang Anda miliki? Atau, memilih menaiki perahu sekoci yang berukuran kecil dan rentan dihantam badai tetapi membuat Anda termotivasi untuk mengasah skill dan potensi agar sekoci itu bisa berlayar dengan aman?
[caption caption="Danny Drinkwater, bisa sukses dengan "perahu sekoci"/Daily Mail"][/caption]Saya mengandaikan begitu gambaran perjalanan karier pesepak bola bernama Daniel Noel Drinkwater alias Danny Drinkwater. Dari awalnya “menaiki kapal pesiar besar” hingga turun menaiki "perahu sekoci". Selama bertahun-tahun, namanya seolah terlupakan. Kini, coba tuliskan kata “danny” di kolom search Google. Maka, nama Danny Drinkwater ada di urutan teratas, mengungguli nama musikus Inggris, Danny Worsnop atau danny Wellbeck, striker Arsenal yang merupakan rekan satu timnya semasa “belajar bola”.
Nama gelandang Leicester City ini memang tengah ngetop setelah dirinya dipanggil pelatih Inggris, Roy Hodgson untuk membela Timnas Inggris pada laga uji coba akhir Maret ini. Inggris akan menjalani dua laga uji coba: menghadapi Jerman (26/3) dan menjamu Belanda (29/3). Bila dimainkan, Drinkwater akan memainkan debut untuk tim nasional negaranya.
[caption caption="Penampilan apik di Leicester City membawanya masuk "tim tiga singa"/Daily Mail"]
Mungkin tidak banyak yang tahu bila Danny Drinkwater adalah jebolan akademi Manchester United 2006-2009. Dia seangkatan dengan Danny Welbeck. Dan dia menjadi bagian ketika akademi United memenangi Piala FA Youth 2007. Selepas “lulus” dari akademi pada 2009, di usia 19 tahun, Drinkwater dipromosikan ke tim senior. United kala itu masih dilatih oleh Sir Alex Ferguson. Dan kita tahu, bagaimana prestasi United di bawah arahan Sir Alex. Karenanya, saya mengandaikan United bak kapal pesiar mewah bagi pemain muda seperti Drinkwater.
Namun, selama di tim senior, tidak sekalipun Drinkwater bermain. Walaupun hanya beberapa menit di ujung laga. Dia dianggap belum bisa jadi pelapis seniornya seperti Michael Carrick dan Darren Fletcher. Karenanya, Drinkwater lantas “disekolahkan” ke klub lain. Tentunya klub-klub kecil. Selama periode tiga tahun (2009-2012), mulailah dia menjalani fase peminjaman. Berganti-ganti klub. Mulai dari Huddersfield Town, Cardiff City, Watford hingga Barsnley.
Ya, berada di tim besar tetapi tidak pernah mendapatkan minute play untuk bermain. Tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Itulah yang dialami Drinkwater ketika dirinya terdaftar sebagai pemain “kapal pesiar besar” bernama Manchester United.
Di tahun 2012, Drinkwater memulai kisah baru dalam kariernya. Dia direkrut Leicester City yang kala itu bermain di Divisi Championship (setingkat dibawah English Premier League). Pindah dari Manchester United ke tim Championship, bak membuat Drinkwater turun menaiki sekoci dari kapal pesiar. Namun, bersama sekoci itulah, Drinkwater bisa menunjukkan kualitas kemampuannya.
Di musim pertamanya di Leicester, 2012-13, untuk kali pertama, dia main penuh di 40 pertandingan. Usianya kalai itu 23 tahun. Karena penampilan kerennya, dia masuk dalam tiga besar nominasi penghargaan pemain terbaik. Namun, kebahagiaan terbesarnya adalah sukses membawa Leicester promosi ke EPL setelah menunggu 10 tahun usai jadi juara Championship.
Dan, lihatlah penampilannya sekarang. Di musim 2015/16 ini, Drinkwater adalah salah satu unsung hero keberhasilan Leicester City memuncaki klasemen EPL dan berpeluang menjadi juara untuk kali pertama. Drinkwater bermain konsisten bersama duet sehatinya, N'Golo Kanté. Duet inilah yang menjadi penggerak aliran bola permainan Leicester City. Drinkwater menjadi tipikal pemain “tukang angkut air” yang kini justru dirindukan Manchester United. Dia mencetak gol perdananya di EPL pada 23 Januari 2016, gol pembuka ketika Leicester menang 3–0 atas Stoke City di King Power Stadium.
[caption caption="Kompak bersama Kante di bawah pelatih Claudio Ranieri/Daily Mail"]
Layakkah Drinkwater masuk Timnas Inggris? Menurut Squawka Football, mengacu pada data statistik, dia sangat pantas. Drinkwater telah melakukan 1163 umpan jitu (passes) 55 kali tackling berhasil, 46 kali intersep (memotong umpan lawan) dan empat umpan kunci berbuah gol (assists). Dalam hal melakukan tackle dan melepas assist, Drinkwater menggungguli gelandang langganan Timnas Inggris seperti Michael Carrick, Jordan Henderson ataupun Jonjo Shelvy.
Mantan bek Arsenal yang kini jadi Kolumnis Dialy Mail, Martin Keown menyebut, penampilan hebat Drinkwater tidak lepas dari “persaingan pribadi” dengan duetnya, Kante. Drinkwater terpacu untuk menjadi lebih baik dari Kante dalam hal tackling dan kontribusi bagi tim.
“Jika Anda memiliki persaingan diantara gelandang seperti itu, standar permainannya akan naik drastis. Itu yang terjadi pada Drinkwater,” ujar Keown.
“Saya teringat pernah mendengar ucapan Patrick Viera (gelandang bertahan legendaris Arsenal) bahwa dia hanya ingin lebih baik dari gelandang yang ada di sampingnya, yakni Emmanuel Petit,” sambung Martin Keown.
Kini, hal-hal besar tengah menunggu Danny Drinkwater. Sebelum musim 2015/16 bergulir, prestasi Danny Drinkwater “hanyalah” gelar FA Youth Cup dan trofi Championship. Musim ini, dia bisa memenangi medali juara Premier League, catatan caps penampilan bersama Timnas Inggris, dan siapa tahu, dia mungkin akan mendapatkan medali di Euro 2016. Semua itu bisa diraih Drinkwater.
[caption caption="Drinkwater ketika berlatih di Leicester City/Daily Mail"]
Tidak mudah bagi pemain yang sudah “dicap gagal” di tim besar untuk kemudian bersinar di tim-tim yang lebih kecil. Buktinya sudah banyak. Di United, Anda tentunya ingat nama Federico Macheda, Darron Gibson atau Ravel Morrison. Ketiganya sempat digadang-gadang akan jadi pemain besar. Nama mereka sekarang redup. Tetapi, Drinkwater adalah pengecualian. Dengan “menaiki sekoci”, Drinkwater punya banyak kesempatan untuk belajar bagaimana cara mengoptimalkan skill nya untuk bisa mengatasi ombak badai. Drinkwater membuktikan kepada kita bahwa kesukesan bisa diraih di mana saja. Tidak hanya di kapal pesiar besar. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H