Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menjual Potensi Wisata Lokal, Berani Jadi Salesman

7 Januari 2015   23:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:36 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap kota atau kabupaten sejatinya memiliki potensi wisata yang bisa dipoles menjadi destinasi wisata unggulan. Memang, tidak semua kota dan kabupaten memiliki panorama alam eksotis yang bisa mengundang banyak orang datang. Namun, destinasi wisata bukan hanya pemandangan pantai, gunung ataupun air terjun. Bangunan peninggalan zaman kuno seperti candi atau museum, juga bisa menjadi obyek wisata. Bahkan, jalanan pun bisa disulap menjadi lokasi wisata melalui gelaran event.

Di Sidoarjo, Jawa Timur, malah ekstrem. Tanggul lumpur di Porong yang dibangun untuk membendung luapan lumpuragar tidak meluber ke jalan raya dan rumah warga, kini telah menjelma menjadi destinasi wisata baru. Setiap akhir pekan atau liburan, tanggul lumpur setinggi lebih dari lima meter ini selalu dipadati pengunjung.

[caption id="attachment_363483" align="aligncenter" width="569" caption="Warga mendatangi wisata lumpurdi Sidoarjo/foto pribadi"][/caption]

Pada libur pergantian tahun kemarin, saya melihat langsung ada puluhan mobil dengan plat kendaraan dari luar kota Sidoarjo, berjajar rapi di lereng tanggul. Dari huruf platnya, mereka berasal dari kota Probolinggo, Kediri, Blitar, hingga Bondowoso. Beberapa pengunjung terlihat antre menaiki tangga dari bambu untuk menaiki tanggul lumpur. Beberapa dari mereka lantas berfoto selfie di atas tanggul. Spot paling favorit bagi pengunjung adalah patung-patung manusia yang tertancap di lumpur. Siapa yang menyangka, kawasan bencana yang oleh sebagian orang dianggap horor karena telah menenggelamkan beberapa desa dan puluhan rumah ini ternyata diminati orang sebagai tujuan wisata.

[caption id="attachment_363484" align="alignright" width="711" caption="Deretan mobil di tanggul lumpur di Sidoarjo/foto pribadi"]

1420622480520060784
1420622480520060784
[/caption]

Warga luar kota yang kebetulan melintas di Sidoarjo, sepertinya enggan melewatkan kesempatan untuk melihat langsung luapan lumpur yang beritanya telah mendunia ini. Selain lokasinya yang sangat dekat dengan Jalan Raya Porong, Sidoarjo, untuk naik ke tanggul, pengunjung juga hanya diminta membayar uang parkir saja. “Penasaran mas pengen melihat langsung Lumpur Lapindo. Mumpung lewat sini. Sekalian ngaso (istirahat) sebelum melanjutkan perjalanan,” ujar Tri Wahyudi, bapak dua orang anak yang mengaku hendak pulang ke Blitar.

Selain wisata lumpur, Sidoarjo juga punya Wisata Bahari Tlocor. Lokasinya ada di kampung Tlocor, Desa Kedungpandan, Kecamatan Jabon, Sidoarjo. Wisata ini juga masih “bersaudara” dengan Lumpur Lapindo. Selama hampir tujuh tahun, lumpur itu dibuang ke Sungai Porong lantas menghasilkan hamparan pulau buatan di pesisir timur Sidoarjo. Untuk ke sana, butuh melintasi jarak 16 kilometer ke arah timur setelah melewati jembatan Kali Porong.

Pekerjaan Rumah Pemerintah Daerah

Mereka yang pernah ke sana, menyebut Pantai Tlocor memiliki potensi menjadi obyek wisata yang tidak kalah dari Wisata Bahari Lamongan (WBL) ataupun Taman Impian Jaya Ancol. Benarkah?

Inilah pekerjaanrumah (PR) bagi Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Ada beberapa PR yang harus digarap oleh Pemkab Sidoarjo jika ingin menjadikan potensi wisata lokal di daerahnya, menjadi berskala nasional. Kawasan yang berpotensi jadi obyek wisata, harus dikenalkan kepada publik. Sebab, apalah artinya obyek wisata yang keren bila tidak ada banyak orang di luar kota yang mengetahuinya.

Artinya, pekerjaan rumah pertama yang harus diselesaikan oleh pemerintah daerah adalah memasarkan potensi wisata yang ada. Menurut saya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjual potensi wisata lokal di Sidoarjo.

1.Mengemas paket wisata

Ada banyak daerah yang memiliki lebih dari satu lokasi wisata. Termasuk di Sidoarjo. Di kota delta ini, ada beberapa tempat wisata yang bisa dikemas dengan sistem paket wisata. Selain wisata Pantai Tlocor dan juga wisata lumpur, wisatawan yang datang juga bisa diajak berkunjung ke Candi Pari dan juga Museum Mpu Tantular. Kebetulan, lokasinya tidak terlalu berjauhan.

Nah, lokasi wisata yang tersebar tersebut bisa “dijual” dengan sistem paket. Dinas Pariwisata cukup menyediakan bus mini untuk mengangkut wisatawan ke lokasi tersebut. Sebenarnya, Pemkab Sidoarjo sudah memasang beberapa spanduk yang di pasang beberapa titik untuk mengenalkan wisata Pantai Tlocor. Namun, penampakan spanduk yang kurang eye catching itu kurang menarik perhatian.

Dalam hal ini, Dinas Pariwisata nya bisa membuat pamflet dan juga brosur berisi keterangan lokasi-lokasi wisata yang ditawarkan plus gambar/foto yang menarik. Atau juga spanduk yang dipasang di titik tertentu. Pamflet dan brosur tersebut bisa dibagikan kepada tamu-tamu yang datang berkunjung. Termasuk juga dititpkan ke agency wisata. Atau juga ditaruh di hotel-hotel yang ada di Sidoarjo. Semakin pamflet tersebut tersebar luas, tentunya akan semakin bagus.

Tidak berhenti di situ, lokasi wisata yang ada juga perlu disinergikan dengan kampung-kampung unggulan yang ada di Sidoarjo. Wisatawan bisa diajak singgah ke kampung-kampung yang memiliki keunggulan dankeunikan produk. Semisal di Sidoarjo, ada kampung batik tulis di Jetis, ada kampung tempe di Sepande, juga ada kampung krupuk pasir di Jambangan. Termasuk juga perlunya memiliki sentra kuliner yang menjajakan makanan khas lokal daerah tesrebut. Kuliner khas Sidoarjo seperti kupang lontong ataupun cecek atau bandeng bkar tanpa duri, bisa dijadikan daya tarik untuk menggoda wisatawan.

2. Gelar Event di Lokasi Wisata

Salah satu cara promosi efektif untuk mendongkrak tempat wisata adalah dengan aktif menggelar event di tempat wisata tersebut. Bisa berupa kegiatan sosial seperti bakti sosial ataupun donor darah, event pameran produk Usaha Kecil Menengah (UKM)dan kuliner khas daerah, ataupun fun bike yang melintas di lokasi wisata tersebut. Dengan semakin sering menggelar event yang dihadiri banyak orang baik dari dalam kota maupun luar kota, tentunya akan menjadi promosi gratis bagi tempat wisata tersebut.

Cara ini akan jauh lebih efektif dan juga lebih murah dibandingkan bila beriklan di media massa. Sebab, dengan mengiklankan tempat wisata melalui media massa, tentunya akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, untuk tidak mengatakan biaya besar.

3.Menggandeng Media Massa dan Maksimalkan Media Sosial

Tidak sekadar menggelar event, pelaksanaan kegiatan tersebut juga harus melibatkan media massa untuk pemberitaan. Karena pemberitaan event, ini sifatnya tentunya berbeda dengan beriklan. Dengan adanya peran media, diharapkan gaung kegiatan yang digelar tidak lantas menghilang hanya dalam waktu sehari. Tetapi masih terus muncul dalam beberapa hari.

Dengan adanya publikasi yang semakin besar, tentunya itu akan menambah promosi bagi lokasi wisata tersebut. Tidak hanya skala lokal dan regional, tetapi juga skala nasional dan bahkan internasional. Itu karena sifat dari pemberitaan media massa yang memang tidak terbatasi oleh wilayah teritorial sehingga memungkinkan untuk diakses oleh orang dari berbagai belahan negara.

Apalagi, sekarang sudah ada media sosial yang bisa dibilang sangat seksi untuk dijadikan sebagai wahana promosi wisata. Dinas Pariwisata harus memiliki akun Facebook maupun Twitter untuk memasarkan tempatwisata di Sidoarjo. Tentunya, media sosial tersebut juga harus terus di up date dengan informasi-informasi terbaru sehingga akan menarik perhatian follower nya. Harapannya, bermula dari membaca, akan bisa muncul ketertarikan untuk mengunjungi.

Menjadi Salesman Wisata

Saya yakin, setiap kepala daerah pastinya telah berupaya untuk memasarkan potensi wisata di daerah mereka. Termasuk di Kabupaten Sidoarjo. Berbagai strategi pastinya telah digulirkan demi untuk mempromosikan tempat wisata di Sidoarjo yang mungkin belum dikenal banyak orang.

Pertanyaannya, bila pejabat di daerah sudah berlomba-lomba “menjual” tempat wisatanya, tetapi mengapa tidak semua“jualan” tersebut bisa “laku di pasaran”? Mengapa hanya obyek wisata itu-itu saja yang banyak dikenal oleh publik? Saya kira, penyebabnya bukan hanya dikarenakan bagus atau tidaknya tempat wisata tersebut.

Menurut saya, bila kita ibaratkan, upaya pemasaran tempat wisata itu bisa disebut dengan ‘alat’. Dan alat tersebut bisa berfungsi secara maksimal atau tidak, itu bergantung dari kecakapan penggunanya. Dalam hal ini, pengguna tersebut adalah pejabat daerah. Artinya, sukses atau tidaknya pemasaran wisata lokal, bergantung pada seberapa aktif peran dari pemerintah daerahnya.

Kepala daerah perlu menjadi seperti seorang salesman yang menawarkan barang dagangannya. Kepala daerah bisa menawarkan ‘dagangan wisata daerahnya’ kepada tamu-tamu dalam negeri ataupun luar negeri yang berkunjung ke kota/kabupatennya. Atau juga ketika sedang menghadiri acara di luar kota. Termasuk juga memberikan arahan kepada kepala dinas untuk ikut mempromosikan wisata lokal kepada tamu yang datang ke dinas tersebut.

Tentunya dibutuhkan gaya komunikasi yang cerdas untuk bisa mengenalkan potensi wisata lokal yang belum menasional ataupun mengglobal. Tetapi, yang paling utama adalah niat dan kemauan yang kuat. Kalau duta besar negara saja sekarang ini tidak malu-malu untuk mempromosikan daerah asalnya di negara tempat mereka ditempatkan, seharusnya pejabat daerah juga berani malu untuk berperan menjadi salesman dalam memasarkan potensi wisata lokal di daerahnya.(*)

http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun