AS Monaco adalah cinta lama Arsene Wenger. Bersama Monaco, Wenger merasakan suka-duka selama tujuh tahun. Ia membawa klub itu juaraLigue 1 Prancis 1987-88 dan Piala Prancis 1991. Namun, ia kemudian dipecat pada 1994. Toh, Monaco tetap ada di hatinya.
“Monaco telah memberi saya banyak kenangan tak terlupakan,” ujar Wenger suatu ketika.
Namun, Kamis (26/2/2015) dini hari tadi, pertemuan kembali antara Wenger dan Monaco, berakhir memilukan bagi pria Prancis itu. Wenger bersama cinta barunya, Arsenal, yang sudah “dipacarinya” sejak tahun 1996 silam, dipermalukan Monaco 1-3 di London pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions. Kekalahan yang menipiskan harapan Arsenal untuk maju ke perempat final. Mereka butuh menang tiga gol di Monaco pada laga kedua 17 Maret mendatang.
“Kami tidak bermain pada level yang seharusnya. Pertahanan kami juga seperti bunuh diri. Peluang kami kini tipis. Tapi kami belum menyerah," ujar Arsene Wenger.
Andai di Monaco nanti, The Gunners-julukan Arsenal gagal membalik defisit gol sehingga tersingkir, itu akan menjadi kisah yang kembali berulang. Ya, same old story Gunners. Dalam tiga tahun terakhir, tim berlogo meriam ini selalu kandas di babak 16 besar Liga Champions, berturut-turut dari Bayern Munchen, Barcelona dan AC Milan.
Masalahnya, dalam tiga tahun sebelumnya, Arsenal memang tidak diunggulkan lolos karena lawan yang mereka hadapi adalah tim-tim juara Liga Champions. Namun, ketika melawan Monaco yang prestasi paling banter nya “hanya” finalias Liga Champions 2004, Arsenal, sang finalis Liga Champions 2006, lebih diunggulkan bisa lolos. Penyebabnya tren Arsenal tengah bagus usai meraih tiga kemenangan beruntun. Apalagi, Monaco telah ditinggal dua pemain bintangnya, James Rodriguez dan Radamel Falcao. Yang terjadi, gawang Arsenal justru digelontor tiga gol di depan fans nya sendiri.
[caption id="attachment_370591" align="aligncenter" width="406" caption="Arsene Wenger tertunduk lesu setelah Arsenal dihajar AS Monaco 1-3 di London/Uefa.com"][/caption]
Kekalahan Arsenal seakan melengkapi periode kelabu tim-tim tuan rumah di laga pertama babak 16 besar Liga Champions yang mulai mentas tengah pekan lalu. Dari delapan tim tuan rumah, tiga tim kalah di kandang sendiri. Sebelumnya, ada Manchester City (kalah 1-2 dari Barcelona) dan Schalke (kalah 0-2 dari Real Madrid) yang juga bernasib sama seperti Arsenal. Sementara tiga tim lainnya hanya mampu bermain imbang, Paris Saint Germain (draw 1-1 lawan Chelsea), Shakhtar Donetsk (0-0 lawan Bayern Munchen) dan FC Basel (1-1 lawan FC Porto. Bermain di kandang yang seharusnya jadi keuntungan, gagal dimanfaatkan.
Hanya ada dua tim tuan rumah yang mampu menang. Yakni Juventus yang menang 2-1 atas Borussia Dortmund dan Bayer Leverkusen yang menang tipis 1-0 atas finalis musim lalu, Atletico Madrid. Namun, meski menang, Juve dan Leverkusen masih dalam bahaya. Dortmund yang berbekal satu gol away, hanya butuh menang satu gol di laga kedua di kandang, untuk lolos ke perempat final. Sementara Atletico diyakini akan mampu membalik skor di markasnya.
Siapa lolos perempat final? Seperti kata Wenger “Football is not down to paper it is down to performance”. Ya, sepak bola memang bukan hitung-hitungan di atas kertas. Tetapi, merujuk hasil di laga pertama, sulit menyangkal bahwa Real Madrid, AS Monaco dan Barcelona yang mencetak dua-tiga gol di markas lawan, kini ada di baris terdepan untuk lolos. Lalu, Bayern Munchen, Chelsea dan FC Porto juga punya peluang lebih besar dari lawannya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H