Mohon tunggu...
Hadi Arrumi
Hadi Arrumi Mohon Tunggu... profesional -

Just an ordinary man...

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kota Mati

22 Februari 2012   01:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:21 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada yang kembali lagi bila berada di kota ini, kota bagaikan debu-debu berterbangan, kota yang berisi kota hantu, namun ini hanyalah kota ilusi belaka dari khayalanku sendiri sinopsis yang terinspirasi dari film silent hill dengan versiku.

Dalam suatu kota yang ramai, tiba- tiba sang ibu mengajak anak perempuannya jalan-jalan menaiki mobil mengitari perbukitan yang sejuk dan asri hingga sore hari dan hampir menabrak pejalan kaki di bawah jembatan yang ternyata hantu perempuan dan ia tembus bagai bayangan lalu mobil tersebut tergelincir hingga terguling.

Ketika sang ibu bangun dengan darah mengalir saat itu juga ia tersadar bahwa ia sudah ada di kota lain atau alam lain yaitu kota mati kota tanpa suara atau desiran angin sedikitpun dan mendapatkan anak perempuannya tidak ada di tempat duduknya, bagaimana aku bisa sampai ke kota ini? Tidak, aku akan tinggalkankota ini tanpa luka dalam jiwaku bagaimana pun caranya. Telah lama ia mencari anaknya dan kadang melihat sekelebat bayangan anak yang di cintainya itu, lama sudah aku menjalani nyeri di lingkungan tembok kota ini dan sangat panjang malam-malam kesendirianku, siapa pula yang rela berpisah dengan anaknya dengan kepedihan dan kesendiriannya tanpa rasa kecewa.

Udara di tempat iniberubah-ubah kadang kosong tak berarti, terlalu banyak sudah serpihan jiwa yang ku sebarkan di jalanan ini dan terlalu banyak anak-anak kerinduanku yang telanjang berjalan di perbukitan itu dan tidak mungkin aku berpisah dengan dia anakku tanpa berat hati dan tebarkan impian di dadanya, dalam pencariannya itu ia di datangi polisi yang ternyata polisi itu juga hantu, dan menanyakan dengan senter menyala ke wajahnya, kau menuju dunia tanpa musim tempat kau akan tertawa tapi tidak sepuas-puasnya dan menangis tapi tidak dengan segenap airmatamu.

Kau akan bersama-sama ketika sayap putih maut memporak-porandakan hari-harimu di kota ini, namun biarlah ada jarak dalam kebersamaan kalian berdua dan biarkan angin dari nun di atas sana menari di sela- selamu, setelah berkata seperti itu polisi itu pun menaiki motornya dan langsung pergi dan menghilang dalam kabut tebal. Kemudian si ibu mencari lagi anaknya ini ia telusuri jalan-jalan kecil di samping bangunan-bangunan tua, di situ ada bank, barber shop,tapi tak kunjung terlihat si anak.

Dan tiba-tiba ia melihat sekelebat suaminya yang telah meninggal 4 tahun lalu di depannya, dan ia ada di belakang pundaknya dalam sekejap dan ber bisik lirih, keluarlah kamu dari tempat ini, ini bukan duniamu anak itu aman bersamaku, kau adalah busur yang meluncurkan anak-anakmu sebagai panah hidup, pemanah mengetahui sasaran di jalan yang tidak terhingga dan ia melengkungkanmu sekuat tenagaNya agar anak panah melesat cepat dan jauh.

Tak lama kemudian ia melihat suami dan anaknya bergandengan berjalan bersama membelakanginya lalu menghilang dalam kabut dan ia sadar bahwa anaknya itu telah mati dan kota itu adalah tempat arwah-arwah penasaran yang tetgantung antara bumi dan langit tidak turun tidak juga naik, kemudian ia terbangun sudah berada di rumah sakit dengan kepala di perban dan ternyata ia sudah 35 hari di rawat di situ.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun