Negeri ini di bangun atas keringat peluh dan darah para pejuang namun sekarang? begitu di sia-siakan, entah kita telah merdeka atau belum karena mengurus manuskrip dalam negeri saja tak bisa. pada era jaman soekarno masyarakat pada waktu itu terbilang aman, tenteram, sejahtera karena ia begitu dalam memikirkan rakyatnya. dalam era soeharto negeri ini terbilang sangat aman karena siapa yang berani macam-macam senjata yang berbicaranamun kebanyakan yang menjadi korban mulut dari senjata yang menganga ialah rakyat kecil dan mahasiswa.
memang benar kondisi saat itu harga-harga stabil malah termasuk murah, permen saja waktu itu 100 perak bisa dapat 3, sekarang? dan karena mahasiswa tersebutsang peminpin yang bertahta 22 tahun itu lengser, dia memang korupsi kekayaan dia tak ada habisnya bagai seekor kuda yang selamanya di takdirkan untuk meringkik, dan walaupun dia korupsi negeri ini tetap aman sentosa entah bagaimana datangnya. Tak banyak keluhan dari masyarakat tentang dua khalifah ini yaitu soekarno dan soeharto.
Namun keadaan sekarang berbalik arah udarapun cepat berubah karena atmosfir alam dan manusia yang selalu bergejolak melawan arah, arah yang mengitari sekujur tubuh, jika kalian merasa apa yang rakyat rasakan semuanya menjepit naluri, cinta dalam negeri ini telah mati, nyawa tak berharga sama sekali bagaimana bila itu nyawanya? nyawa mereka, nyawa aku dan kalian? pemerintah sekarang hanya mementingkan perutnya sendiri mengumpulkan berbagai dana hanya untuk diri mereka tak terpikirkah akan sekolah-sekolah SD yang telah rusak tertelan bumi?
Kebanyakan itu terjadi di daerah-daerah, mereka semua ingin pintar pak, mereka semua ingin sekolah dan bekerja pak, mereka masih ingin bermimpi pak? tak sadarkah kalian atas getir yang menghujani segala angan yang menyesakkan sebuah janji.
saya berjanji! kami berjanji! Itulah yang mereka ucapkan pada saat kampanye dengan aji mumpung mereka manfaatkan situasi waktu dan keadaan agar pamor mereka naik dan terpilih tapi pada akhirnya mereka yang membangun istana di atas pasir dan mereka sendiri yang menghancurkannya dengan tangan mereka.
Ditengah kafilah foya-foya dan individualistik telah terkapar tubuh tanpa jiwa, tubuh yg tak menunjukkan kehidupan penuh gairah benarkah ada kehampaan batin yg tragis?
Mengapa kalian menempuh hari ke hari dalam kelezatan menikmati kebaikan fakir miskin? Mengapa kalian enak2 menikmati roti yang bercampur keringat dari kening mereka? Mengapa kalian menikmati kelezatan hasil bumi yang kalian rampas dari tangan mereka? Mengapa kita hidup di bawah atap kemalasan jauh dari rakyat yang butuh ma'rifat, tidak mau membantu urusan rakyat dengan kekuatan jiwa dan tangan kita? Apakah Nabi sang penolong mengutus kalian seperti domba di tengah kumpulan serigala? Ajaran macam apa yang membuat kalian jadi gerombolan serigala di antara domba-domba?
disana...dipojok sejarah yg kelam cinta sedang bergelinjang dlm sekapan sakratul maut telah kita hancurkan kehidupan kita sendiri aturan peraturan kita sendiri! apa arti damai bila semua membisu? Tak ada yang dapat kita perbuat sekarang ini sedang hukum hanya berpusat pada yang punya harta, apa arti semua? untuk siapa kau mati? bukan siapa-siapa.
Apakah anda pernah terfikir sejenak bahwa negeri ini telah di doktrin oleh negara adikuasa amerika dari segi industri dan bahkan membangun teroris sendiri dalam negeri ini, yang kerjaannya membuat kasus baru dan menghilangkannya dengan kasus yang lainnya lagi, seperti amerika yang heran ada pesawat angkasa ufo mendarat di ladang mereka padahal itu bikinan mereka sendiri tapi dengan begitu amerika menjadi pahlawan dan terkenal akibat itu, tapi indonesia? bangsa kita? belum bisa membuat diri mereka terkenal hanya terkenal rusaknya saja oleh negara-negara lain.
Banyak sudah yang demo dari yang kecil hingga yang besar berbaris laksana prajurit tiran yang ingin habisi musuhnya tapi semua nihil hanya janji belaka karena kaki-kaki kekuasaan telah menopang.
janganlah kita bodoh, hanya mengangguk saja tanpa ada perlawanan janganlah menari diatas kepatuhan yang mendatangkan masalah bagi anak-anak jaman yang tumbuh dlm kefakiran miskin mata penghayatan.
Namun kita harus yakin negeri ini pasti akan bangkit, akan terbit seperti sinar matahari yang menyembul keluar dari aurora, dan mimpi kita belum lah berakhir tapi yang menjadi pertanyaan saya ialah merdeka dalam arti apa negeriku yang tercinta ini? Janganlah kita hanya meratapinya saja seperti seorang raja yang duduk termenung setiap hari hanya untuk melihat istananya yang mulai hancur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H