Kalau tak berkenan tak usah membaca kisah ini. Â Walaupun cuma iseng. Â Percaya aja deh! Â Kisahnya tak cukup menarik bagi orang yang iseng.
Malam belum penuh benar. Â Masih ada sisa-sisa petang. Â Hanya saja karena gerimis mengembang, jadi ada perasaan kalau malam sudah datang. Â Padahal belum penuh benar.
Sepasang sepatu masih teronggok begitu saja di luar pintu. Â Hanya sepasang.Karena penghuni rumah hanya satu orang. Â Mungkin dia sedang terlelap. Â Setelah seharian bekerja sebagai buruh pabrik. Â Bukan. Â Bukan hanya itu. Â Pemilik sepatu sering merasa capai justru di perjalanan.
Rumah yang dikontrak saat ini memang terletak di pinggiran. Â Bahkan sangat pinggir. Â Hingga si pemilik sepasang sepatu selalu harus berganti-ganti kendaraan sebelum akhirnya berjalan kaki sekitar seperempat jam kalau jalan cepat, dan lebih dari itu jika jalan santai.
"Kamu bengong aja," sapa sepatu kiri.
"Habis mau gimana lagi?" kata sepatu kanan.
"Iya, ya. Â Kita tak pernah jalan-jalan ke tempat yang bagus," sambung sepatu kiri.
"Habis, kamu sih, mau saja dibeli oleh pemuda kere," ejek sepatu kanan.
Seeekor kodok melompat diantara mereka. Â Sepatu kiri sempat kaget dengan wajah pucat. Â Disangkanya bianatang berbahaya. Â Saat dilihat hanya kodok yang melompat, wajahnya kembali tersenyum. Â Sepatu kanan yang terkenal pemberani hanya tertawa melihat pasangannya berwajah tempias.
"Terus kita mau ngapain nih?" tanya sepatu kiri.
"Kita ajak tuan kita jalan-jalan besok," kata sepatu kanan.