Mohon tunggu...
Aulia Fitri
Aulia Fitri Mohon Tunggu... mahasiswa -

Seorang narablog yang kini tergabung di Aceh Blogger Community dan beberapa komunitas. Tertarik pada media sosial sembari ngeblog di "OWL".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menelisik Silsilah Raja-Raja Islam di Aceh

17 Mei 2010   13:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:09 3356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Silsilah Dinasti Syarief Jamalul Alam (1)

[caption id="" align="alignleft" width="302" caption="Ilustrasi : Group GPPSA"][/caption]

"LIHAT kawan disalah satu foto, membicarakan masalah makam dan kesultanan di Aceh. Jadi ingin menulis tentang itu, karena referensi pun sudah ada. Tinggal menunggu waktu yang pas. Ternyata salah satu Sultan yang pernah memimpin Aceh adalah keturunan ke-8 dari Nabi Muhammad SAW. Tahukah kamu sejarah itu sekarang wahai muda/i Aceh?"

Kalimat di atas merupakan status saya di Facebook pada tanggal 28 Maret yang lalu, berawal dari foto yang di tag oleh rekan saya Fadli Idris Al-Asyi (Al-Asyi berarti Aceh, kata pemuda yang dikenal dengan sebutan Ariyoga) dan beberapa rekan lainnya yang menyempatkan diri berkunjung/berhijrah ke salah satu makam raja yang berada di Samudra Pasai, kota Lhokseumawe.

Walaupun terbilang sengit, komentar demi komentar berjejer di foto makam tersebut. Saya merasa terpincut juga dengan kedatangan sebuah komentar yang meminta fakta tentang kebenaran Raja Bakoi (Bakoy).

Namun, pada kali ini saya akan coba memaparkan tentang silsilah raja-raja Islam di Aceh yang kebetulan saya mempunyai sedikit referensi alias buku untuk bisa saling berbagi informasi dan wawasan tentang sejarah raja-raja di Aceh yang terdengar kabar bahwa salah satu dari raja-raja tersebut adalah keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Lalu, mengenai Raja Bakoi, nanti akan kita lihat secara sekilas saja untuk menjawab komentar dari foto yang di tag oleh Fadli.

Asal Usul Raja-Raja Aceh Kita ketahui, bahwa Islam yang masuk ke Nusantara masih banyak bersilang pendapat dari para ahli sejarah. Pendapat tersebut masing-masing di didukung oleh T.W. Arnold, Sayed Naquib Al-Attas dan Prof. Hamka yang mendukung bahwa Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi (1 Hijriyah), namun pendapat lain seperti Snouck Hurgronje, J.P. Moquette dan R.A. Kern yang menyatakan Islam baru datang ke Nusantara pada abad ke-13 dan bukan langsung dari Arab melainkan dari Gujarat.

Teori-teori yang digunakan oleh para ahli sejarah ini pun dengan pendekatan yang tidak lepas dari faktor ekonomi (pelayaran dan perdagangan), sosial budaya (perkawinan dan seni) serta politik. Ada tiga kerajaan Islam terbesar yang sangat berpengaruh di Aceh, diantara Kerajaan Islam Perlak, Kerajaan Islam Samudra Pasai dan Kerajaan Islam Aceh Darussalam.

Selain tiga kerajaan Islam terbesar tersebut, terdapat juga kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang tersebar di Isak, Bireuen, Samalanga, Meureudu, Lingga Gayo, Tamiang, Lamuri, Pidie dan lain sebagainya. Raja-raja yang memerintah pada kerajaan-kerajaan Islam Aceh bila dirunut akan ditemukan tiga figur penting, yakni Mayang Seludang, Maharaj Syahriar Salman dan Sayid Ali Muktabar.

Mayang Seludang adalah puteri dari penguasa Negeri Jeumpa (Bireuen) yang leluhurnya berasal dari Indo Cina, menurut satu riwayat mengatakan bahwa penguasa Jeumpa berdarah campuran lokal dan Indo Cina, karena beberapa abad sebelumnya penguasa Jeumpa menikah dengan seorang puteri Indo Cina dan keturunannya menjadi penguasa Jeumpa.

Maharaj Syahrian Salman adalah keluarga bangsawan dari Dinasti Sasanid Persia. Salman yang menjadi panggilannya merupakan seorang pangeran dari Istana Persia, ia berasal dari keluarga kerajaan Persia yang pernah berjaya antara tahun 224 sampai tahun 551 M. (H. Awang Muhammad Jamil Al-Sufri, Tarsilah Brunai, 1990 hal 73).

Salman beserta rombongan melakukan perjalanan ke Asia Tenggara untuk menuju ke Selat Malaka, namun sebelum sampai ke sana, Pangeran Salman singgah di negeri Jeumpa dan akhirnya menikah dengan puteri Istana Jeumpa yang bernama Mayang Seludang. Pangeran Salman pun tidak meneruskan perjalanan dengan rombongannya ke Selat Malaka, malah sebaliknya ia hijrah ke Perlak setelah mendapat izin dari mertuanya Meurah Jeumpa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun