Mohon tunggu...
Aulia Fitri
Aulia Fitri Mohon Tunggu... mahasiswa -

Seorang narablog yang kini tergabung di Aceh Blogger Community dan beberapa komunitas. Tertarik pada media sosial sembari ngeblog di "OWL".

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ini Dia Masjid Baiturrahim Ulee Lheue

7 Februari 2012   22:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:56 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Baiturrahim pada malam hari. (Foto Dok. Pribadi)

[caption id="" align="alignnone" width="640" caption="Masjid Baiturrahim pada malam hari. (Foto Dok. Pribadi)"][/caption] BERKUNJUNG ke ujung pulau Sumatera paling identik dengan laut, ya bisa dibilang panorama yang paling mendominasi perjalanan lewat darat. Sebenarnya tidak hanya itu, hamparan sawah, pegunungan dan beragam kota-kota kecil dipinggiran jalan juga mudah kita temukan. Namun ada yang tak kalah menariknya, disela-sela pemandangan itu berbagai corak dan ragam bentuk masjid juga paling banyak ditemukan di tanoh rencong ini. Masjid ini dikenal luas sampai ke berbagai dunia pascatsunami tahun 2004 silam, karena kuatnya hantaman tsunami tetap membuat masjid ini berdiri kokoh dan kini menjadi salah satu objek wisata religi di sekitar kawasan Ulee Lheue, masjid ini bernama Baiturrahim yang berarti Rumah Maha Penyayang begitulah secara umumnya.

Melihat Sejarah Masjid Baiturrahim

Mengenal dan mengetahui nilai sejarah dari sebuah bangunan tua/klasik memang sangatlah perlu, saat memasuki komplek masjid ini sebuah papan informasi ukuran 2 x 0,8 meter siap menyambut Anda di depan gapura. [caption id="" align="alignleft" width="300" caption="Mesjid Baiturrahim setelah peninggalan Alm, Teuku Teungoh (Credit acehtourism)"]

[/caption] Melihat letaknya, masjid Baiturrahim dulu dikenal sebagai masjid Olele, Koetaradja. Ejaan tempo dulu Ulee Lheue tersebut adalah bagian dari kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Masjid yang didirikan di atas tanah wakaf ini dibangun secara swadaya oleh masyarakat Meuraxa, pada waktu itu dipimpin oleh Teuku Teungoh Meuraxa sekitar tahun 1923/1926 Masehi. Almarhum Teuku Teungoh ini pula salah seorang yang kini konon memiliki tanah warisan di Pulo Batee, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar. Program swadaya dengan azas gotong-royong sangat terlihat pada masyarakat Meuraxa pada waktu itu untuk mengumpulkan dana, bagi sebagian besar kaum adam yang berprofesi sebagai nelayan, setiap pulang dari melaut hasil penjualannya disisihkan untuk masjid begitu juga dengan ibu-ibu mengumpulkan beras sedikit demi sedikit dalam eumpang (karung beras) sebanyak satu mok (satu kaleng susu), dimana akhir bulan diserahkan kepada panitia pembangunan masjid. Awalnya masjid ini berdiri pada akhir tahun 1923 tanpa memiliki kubah seperti pada umumnya, melainkan hanya ada sebuah puncak masjid yang berbentuk persegi empat. Masjid ini pun hanya bisa menampung jamaah sekitar 400-500 orang. Konon cerita dari mulut ke mulut, jenis kayu untuk plafon dan dinding terluar di lantai dua menara mesjid ini, didatangkan dari berbagai daerah di Aceh seperti Meulaboh, Singkil, dan Tapaktuan. Di tahun 1981, masjid Baiturrahim mendapat bantuan dari Kerajaan Arab Saudi, sehingga dilakukanlah perluasan ke samping kiri dan kanan untuk dapat menampung jamaah sampai 1.500 orang.

Berdiri Kokoh dengan Mukjizat-NYA

Sebelum bencana dahsyat gempa dan tsunami 2004 silam, masjid Baiturrahim juga sempat digoyangkan gempa besar pada tahun 1983, serta banjir yang mengenangi kota Banda Aceh pada tahun 2000, namun kekuasaan Allah masjid ini seperti tidak terjadi apa-apa dan tetap berdiri kokoh. [caption id="" align="alignleft" width="300" caption="Tampak sekilas dari sisi selatan mesjid Baiturrahmin (Foto Dok. Pribadi)"]

Tampak sekilas dari sisi selatan mesjid Baiturrahmin (Foto Dok. Pribadi)
Tampak sekilas dari sisi selatan mesjid Baiturrahmin (Foto Dok. Pribadi)
[/caption] Pada waktu gelombang tsunami menyapu daratan Meuraxa, keadaan masjid ini hanya mengalami rusak kecil seperti pecahnya kaca jendela serta robohnya dinding dikarena dihantam oleh mobil yang terbawa arus. Uniknya, setelah kejadian tsunami itu tidak ada satu pun jenazah baik di dalam atau di perkarangan komplek masjid yang ditemukan. “Saat kami membersihkan mesjid dari lumpur tsunami, tidak satupun mayat yang kami temukan, baik di dalam mesjid maupun di pekarangan luar mesjid ini,” ungkap Imam Masjid, Tgk Bukhari. (Raykat Aceh, 16 Agustus 2010) Kini masjid dengan balutan warna putih plus arsitektur menarik dan jendela hijau di bibir pantai Ulee Lheue ini semakin cantik, apalagi hadirnya sebuah menara kecil disampingnya. Banyak wisatawan yang menyempatkan diri untuk berkunjung ke sini walaupun sekedar mengabadikan foto, tercatat Sultan Bolkiah dari Brunei Darussalam, Bill Clinton yang juga mantan presiden AS serta presiden SBY sendiri sudah berkunjung kesini. Tapi ingat, di depan gapura masjid ini telah tertulis perhatian dalam tiga bahasa (Arab, Indonesia, Inggris) yang berbunyi "Anda memasuki kawasan wajib mengenakan busana muslim/muslimah”, khusus bagi wisatawan atau pun jamaah untuk beribadah. Oiya satu lagi, masjid Baiturrahim Ulee Lheue ini juga menjadi salah satu situs purbakala serta bagian dari saksi musibah dahsyatnya gempa dan tsunami. Tertarik untuk berwisata religi ke masjid ini? tidak jauh dari kota Banda Aceh, cukup 10 menit Anda sudah sampai kesana.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun