Mohon tunggu...
Aulia Fitri
Aulia Fitri Mohon Tunggu... mahasiswa -

Seorang narablog yang kini tergabung di Aceh Blogger Community dan beberapa komunitas. Tertarik pada media sosial sembari ngeblog di "OWL".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Keteladanan Hidup Mbah Asrori

2 Maret 2014   13:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:19 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393715854838808047

[caption id="attachment_314723" align="aligncenter" width="600" caption="Mbah Asrori dengan sepeda ontelnya (Foto facebook.com/fajar.a.rosyidi)"][/caption]

NAMANYA Mbah Asrori, begitulah sebutan akrab kakek yang berusia 91 tahun ini. Ternyata disekitar kita masih ada orang-orang yang memberikan teladan dan inspirasi bagi hidup ini seperti yang pernah dicontoh oleh Nabi Muhammad kepada umatnya.

Diusia yang semakin senja, kakek yang juga warga kota Semarang, Jawa Tengah tersebut baru-baru ini menjadi sosok yang begitu bersahaja dalam kesederhanaan hidupnya ditengah-tengah hiruk pikuk ekonomi masyarakat Indonesia. Hal inilah yang disampaikan oleh Facebooker, Fajar Ali Imron Rosyidi dalam statusnya Jum’at (28/2/2014) lalu.

"Mbah Asrori tetanggaku yang energik, usia 91 tahun masih dan kuat bersepeda kemana-mana tiap hari, seperti biasa setiap hari Jum’at beliau selalu membagikan nasi bungkus berupa nasi kuning komplit dengan lauk pauk yang lezat kepada tukang becak, pemulung, atau siapapun yang membutuhkan makan,” kisahnya.

Fajar menyebutkan setiap hari Jum’at, tetangganya Asrori yang hidup sebatangkara ini paling tidak menyumbang 70 bungkus nasi kepada sesama, beliau tidak punya penghasilan yang menentu karena kesehariannya selain sebagai tukang pijat, juga sering mengajar ngaji sore hari.

“Setiap bulan beliau menyisihkan minimal 400rb untuk sedekah setiap Jum’at itu, walaupun saya tahu penghasilan beliau tidak menentu,” kisahnya.

Menariknya, aku Fajar, kehidupan Mbah Asrori yang kini berumur mencapai 1 abad tersebut masih begitu luar biasa semangat dalam menjalani hidupnya. “Pantang bagi beliau untuk mengemis dan beliau lebih suka sedekah ke orang yang membutuhkan, dan tidak lupa kemana-mana beliau selalu bawa radio kecil dengan selalu menyetel channel radio Masjid Agung di Semarang,” akuinya.

Sejak lima tahun silam, Mbah Asrori pun telah mampu menunaikan kewajiban akhir dalam rukun Islam, yakni melaksanakan ibadah haji ke Mekkah.

“Secara logika dengan penghasilannya tidak akan mampu menabung biaya haji, namun Allah mampukan beliau. Benar sabda Rasulullah, barangsiapa senang bersedekah dan silaturahim maka Allah akan panjang umurnya dengan barokah rezeki tiada disangka-sangka,” tutup Fajar.

Setidaknya, kisah teladan hidup Mbah Asrori ini memberikan kita sebuah gambaran keteladanan dalam menjalani hidup kita saat ini di tengah-tengah memanasnya kondisi sosial jelang Pemilu 2014.

Seperti yang pernah Rasulullah sabdakan, “Sedekah yang paling baik adalah yang diberikan kepada kerabat yang menyembunyikan permusuhan di dalam hatinya.”[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun