Sebagai penutup, saya ingin mengutip kembali kata-kata dari sebuah tulisan singkat berjudul "Emosi Pekerja Seni" yang disebutkan oleh Razuardi Ibrahim. Apa katanya?
"... Dalam kancah kompetisi karya di tahun 2014 ini tidak sedikit orang-orang yang mengakui diri sebagai seniman namun tanpa karya dan kerap menghujat karya pekerja seni lain. Tidakpun para pengaku seniman itu tulus mengakui keunggulan pekerja seni lainnya. Oleh karena itu, di samping eksis sebagai kelompok pengabdi seni, aku mendefinisikan ada satu status komunitas lagi dalam sistem per-senian ini, yakni pecundang seni. Ukurannya, memperkenalkan karya cipta, kestabilan emosi jiwa, mengekspresikan ketulusan abdi, dan lain sebagainya."
Kita tidak mau pecundang seni lahir dengan protes keras, awal baik dari ikon TARASA kedepan menjadi PR yang harus betul-betul punya semangat pembaruan bagian kesenian Aceh, bukan saja pemerintah atau dinas, tapi semua elemen masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H