Mohon tunggu...
Habsul Nurhadi
Habsul Nurhadi Mohon Tunggu... Wartawan dan Konsultan -

Konsultan, mantan peneliti LP3ES Jakarta, mantan Tenaga Ahli Puskaji MPR-RI, yang juga Wartawan Kompeten Jenjang Utama Sertifikasi Dewan Pers 1513, tinggal di Kota Bekasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bencana dan "Muhasabah"

30 Desember 2014   05:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:12 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bencana dan "Muhasabah"

Oleh : Habsul Nurhadi

(Dimuat pada Harian Bekasi Ekspres News, Bekasi, edisi Senin, 29 Desember 2014, halaman 2)

PADA masa pergantian tahun - misalnya dari tahun lama 2014 menuju tahun baru 2015 seperti sekarang ini - kebanyakan orang sekadar menyambut datangnya tahun yang baru itu dengan hura-hura dan berpesta pora semata, namun banyak yang terlupa untuk melakukan "muhasabah" perenungan diri guna melihat raport kinerja dan prestasi selama tahun lama yang baru saja dilalui.

Terlebih pada sepanjang tahun 2014, berbagai bencana alam telah mendera bangsa kita. Dari bencana banjir yang kian merata di berbagai daerah, bencana tanah longsor yang membawa banyak korban jiwa, bencana meletusnya gunung berapi, bencana angin puting beliung, bencana semburan lumpur panas Lapindo, kesemuanya itu perlu mendapat perenungan dan kepedulian dari semua pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, maupun seluruh warga masyarakat.

Siaga Tsunami

Kita masih ingat sepuluh tahun lalu pada masa menjelang pergantian tahun, tepatnya pada 26 Desember 2004, bencana alam tsunami melanda bumi Aceh dan sekitarnya, terutama pada sisi pantai sebelah barat, sehingga meluluh-lantakkan hidup dan kehidupan masyarakat setempat. Konon bencana tsunami Aceh 2004 ini merupakan bencana tsunami terhebat sepanjang sejarah dunia. Banyak sarana dan prasarana yang waktu itu hancur seketika, bahkan ratusan ribu jiwa dalam waktu sekejap langsung terenggut menjadi korban.

Sebelumnya, pada penggalan akhir tahun juga, tepatnya 12 Desember 1992, bencana gempa dahsyat dan tsunami juga pernah melanda bumi Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Bencana gempa dan tsunami Flores ini juga meluluh-lantakkan sarana prasarana maupun menelan ribuan korban jiwa. Bahkan tatkala penulis beberapa tahun lalu melakukan kunjungan penelitian ke Kabupaten Manggarai, NTT, sempat mendengarkan kisah dari warga setempat, betapa waktu kejadian gempa kala itu ia tidak mampu berdiri, lantaran bumi berguncang hebat dan seakan miring berputar tidak merata. Gempa dan tsunami pernah pula mendera wilayah pantai Pangandaran di Jawa Barat pada 2009.

Direktur Magister Studi Manajemen Bencana, Sekolah Pascasarjana UGM, Prof Sudibyakto, mengatakan di Indonesia ada 28 wilayah yang rawan terkena gempa dan tsunami. Sedangkan menurut sumber resmi Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, terdapat 19 wilayah provinsi Indonesia yang terindikasi rawan terjadinya gelombang tsunami, sehingga Pemerintah Daerah maupun warga masyarakat setempat harus menyiagakan diri untuk mengantisipasi bahaya tsunami yang datangnya bisa secara tiba-tiba.

Pada wilayah Pulau Sumatera daerah yang rawan tsunami meliputi Provinsi-provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung. Pada Pulau Jawa meliputi Provinsi-provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Pada Kepulauan Nusa Tenggara meliputi Provinsi-provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur.

Pada Pulau Kalimantan meliputi Provinsi-provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Pada Pulau Sulawesi meliputi Provinsi-provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Pada Kepulauan Maluku meliputi Provinsi-provinsi Maluku Utara dan Maluku. Sedangkan pada Pulau Papua meliputi Provinsi Papua Barat.

Upaya perlindungan berlapis untuk mengantisipasi datangnya bahaya tsunami tersebut, menurut para ahli, dapat berupa pembangunan beton dinding sepanjang pantai setinggi 7,2 meter, pelestarian hutan penahan tsunami pada bukit buatan selebar 400 meter sepanjang garis pantai, peninggian jalan pantai setinggi 6 meter, serta pemasyarakatan rumah panggung atau penguatan rumah-rumah tahan gempa bagi warga masyarakat pesisir pantai.

Muhasabah 2014

Masa pergantian tahun - dari tahun 2014 menuju tahun 2015 - selain perlu disambut dengan penuh suka cita dan penuh harapan optimisme meraih kesuksesan lebih besar, seyogyanya juga diiringi dengan renungan "muhasabah", terutama terkait dengan bertubi-tubinya bencana alam yang menerpa bangsa kita, maupun terjadinya bencana sosial yang diakibatkan oleh ulah keserakahan manusia di antara kita.

Muhasabah berasal dari akar kata bahasa Arab "hasiba yahsabu hisab", yang artinya secara etimologis adalah melakukan perhitungan. Dalam terminologi syar'i, muhasabah bermakna evaluasi diri atas perbuatan baik dan buruk yang telah dilakukan, baik yang bersifat vertikal antara hamba manusia dengan Allah Sang Pencipta, maupun hubungan horisontal antara manusia dengan sesama manusia dalam kehidupan sosial, maupun dengan lingkungan alam semesta.

Dengan melakukan muhasabah secara rutin tersebut diharapkan dapat menjadi fondasi landasan yang lebih kuat guna mengokohkan kualitas kehidupan yang lebih baik di masa depan. Ibarat sebuah perusahaan perniagaan, maka tindakan evaluasi rutin yang dilakukan secara berkala - misalnya bulanan, semesteran, atau tahunan - tentu akan menghasilkan unjuk kinerja usaha yang lebih baik daripada tanpa adanya evaluasi sama sekali.

Dengan selalu melakukan muhasabah/evaluasi secara rutin, kita berharap, kualitas kehidupan secara umum bangsa Indonesia pada tahun baru 2015 ini - baik mencakup kehidupan keseharian individu warga masyarakatnya, kerukunan hubungan sosial masyarakatnya, kelancaran pelayanan birokrasinya, maupun kedamaian situasi politiknya - dapat lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Kita berharap, pada tahun 2015 ini produktivitas kerja kita seluruhnya - baik yang menjadi PNS, yang menjadi TKK pemerintahan, yang pegawai swasta, yang buruh harian, yang pekerja tani, yang pekerja nelayan, yang wirausaha, yang profesi kedokteran, yang profesi guru, yang profesi kewartawanan, yang pekerja seni, yang pekerja hiburan, yang pekerja rumah tangga - dapat semakin meningkat kualitasnya. Dengan begitu, diharapkan dapat meningkatkan pula pendapatannya secara finansial, yang pada gilirannya mampu meningkatkan kualitas kesejahteraan keluarga masing-masing.

Bekasi, 27 Desember 2014

Penulis adalah Wartawan Sertifikasi Kompeten Utama Dewan Pers 1513, mantan Tenaga Ahli Puskaji MPR-RI 2009-2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun