Mohon tunggu...
Habib YudhaPratama
Habib YudhaPratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik

Seorang mahasiswa ilmu politik yang tertarik pada pemerintahan, lingkungan, kependudukan, dan seni. Berpengalaman dalam melakukan analisis media, direktur kreatif, dan manajemen proyek. Saat ini merintis media kreatif berbasis visual bersama @oordinat.

Selanjutnya

Tutup

Politik

International Women's Day: Hari Terakhir Peradaban Seksis di Media Sosial

21 Maret 2023   08:41 Diperbarui: 21 Maret 2023   08:43 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasti kita sering menjumpai beragam ungkapan-ungkapan dalam kolom komen di berbagai postingan sosial media kawan perempuan atau kita yang perempuan melakukan hal yang serupa.

"Ihh.. cantik banget"

"Kamu Juga cantik"

Ungkapan yang menjadi pujaan stabilitas fisik perempuan 'dalam definisi laki-laki'. Cantik menjadi momok khas feminisme merebak kedalam sistem sosial dan budaya yang normal. Kecantikan selalu dilayangkan laki-laki sebagai konstruksi budaya patriarki hiingga dari sisi perempuan menormalkan pencarian pengakuan atas feminitasnya (Prabasmoro, 2003).

Keruh kapitalisme dalam media sosial tampak runcing dijumpai bahkan tanpa disadari kita adalah aktor yang terlibat. Algoritma media sosial yang sering menafikan perempuan, yang diindikasikan cantik oleh demua orang, teramplifikasi menjadi tontonan #ForYourPage, bahkan ketika akun media sosial baru pertama kali dibuat, sudah bermunculan konten-konten yang berbau feminis dan seksis.

DigitALL : Innovation and Technology for Gender Equality menjadi tema yang lantas digemakan atas kesenjangan gender yang terjadi kepada perempuan atas akses teknologi. Budaya media sosial diatas misalnya, memperbudak kaum perempuan dalam menunjukkan eksistensinya.

Momen International Women's Day, bukan hanya momentum aksi lapangan yang digaungkan mahasiswa dan aktivis, tapi juga seruan momentum media sosial agar dikenal sebagai ruang aman perempuan dalam mengeksplorasi segala hal tanpa dibebani rasa tanggung jawab moral feminis.

"Dan Inilah harinya para wanita

Menjadi budak atas kelaminnya

Memeluk agama tanpa tuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun