Mohon tunggu...
Habibur Rohman
Habibur Rohman Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Langkah Awal Menuju Kesuksesan Sang Kader

23 Januari 2017   20:31 Diperbarui: 23 Januari 2017   20:44 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis, 12 januari 2017 merupakan langkah awal kader intelektual bersosialisasi ke SMK Plus Nurul Ulum  desa Kemuningsari lor-Panti-Jember yang mana kader intelektual biasa disebut dengan “Intellectual Movement Community” (IMC)merupakan suatu organisasi yang di bina langsung oleh H.Nur Solikin,MH selaku warek 1 di IAIN JEMBER. Kader intelektual merupakan suatu organisasi yang mana di dalamnya terdapat sekolah Intelektual yang berbeda dengan perkuliahan semestinya yang didapat di kampus IAIN JEMBER dan organisasi ini di bimbing langsung oleh dosen yang sesuai dengan tujuan organisasi ini di dirikan.

Kedatangan kami, kader intelektual, warek 1 dan juga dosen pembimbing di SMK Plus Nurul Ulum tidak hanya semata-mata datang melainkan memberikan bantuan sarana berupa komputer untuk SMK Plus Nurul Ulum, untuk menunjang kegiatan pembelajaran bagi siswa-siswinya. Dan disana pembina kader intelektual menberikan asupan materi untuk siswa dan juga kami sebagai mahasiswa berupa “sarasehan character building” dengan tema tesebut bertujuan untuk membangun karakter bagi generasi muda saat ini, yang mana  generasi muda saat ini bisa merubah mindset dan juga membangun bangsa untuk masa depan. Karena sejatinya bangsa ini sudah mulai hancur karena generasinya, bangsa ini sudah kehilangan jati diri, bangsa ini bangsa yang besar, bangsa yang kaya dan bangsa yang bermartabat, akan tetapi akhir-akhir ini kemartabatannya mulai sirna dan juga luntur. Entah karena masuknya globalisasi, dan beliau mengatakan bahwasannya bukan globalisasi tapi menjadi gombalisasi. Karena globalisasi disalah artikan, disalah ejawakan bahkan oleh masyarakat terutama oleh generasi muda, seperti siswa dan juga mahasiswa. Maka ingin membentuk kembali hilangnya budaya gotong royong, teposliro dan toleransi yang mulai sirna, yang mana budaya-budaya dulu dipakai sebagai jargon baik sebagai ungkapan.

Akankah negara ini akan tenggelam, atau tinggal papan nama. Anak muda sekarang ini tidak lagi mengidolakan Nabi dalam islam, dan tokoh-tokoh seperti, soekarno, hatta, kartini, dan dewi sartika yang sekarang ini anak muda sudah mulai bergeser mengidolakan artis dan para selebritis. Pertanyaannya adakah yang kalah dari tokoh-tokoh yang sudah memperjuangkan, apakah kita hanya membiarkan saja? dan apa kelebihan dari artis. Dan para tokoh tersebut sebagai bapak bangsa kita, dan rasulullah di tinggalkan oleh anak muda. Ini menjadi keseriusan bagi pembicara dan perguruan tinggi secara umum. Sekarang apa yang disebut yang dimaksud dengan gredasi moral, pemerosotan moral dan ini menjadi tanggung jawab bersama dan lembaga pendidikan, masyarakat tokoh agama, dan ulama.

Dalam konteks ini maka kembali ke jati diri, berangkat dari keprihatinan kita berkewajiban untuk mensosialisasikan, mengembaalikan kepada siswa dan mahasiswa sebagai manusia. Umat islampun mulai tercabik-cabik bangsa ini juga tercabik-cabik, karena umat islam tidak bisa dipisahkan oleh bangsa ini. Kalau umat islam tercabik-cabik maka bangsa ini juga tercabik-cabik, kalau pena masyarakat yang beragama islam ini kacau, Negara ini akan kacau.

Karena sejarah menunjukkan bahwa umat islam begitu besar kontribusinya dalam rangka kemerdekaan. Apakah kita akan menikmati tanpa mengisi, mempertahankan, bahkan kemudian untuk mempertahankan keadaan itu hanya membiarkan saja. Indonesia adalah Negara besar, Negara kaya, dan jumlah penduduk nomor 3 di dunia, akan tetapi Negara ini menjadi kekurangan, Negara ini adalah Negara agraris. Tapi mengapa kedelai masih import, tempe yang dimakan seseorang setiap hari kedelainya hasil import dari vietnam. Malu sebagi Negara yang berdaulat dengan jargon berdaulat dibidang pangan, tapi masih import. Negara berdaulat akan hal pangan tapi masih kekurangan bahan pangan. kalau Negara ini Negara besar tapi kenapa masih banyak orang bodoh, kalau Negara kaya kenapa banyak orang tingkat harapan hidupnya rendah, artinya banyak orang mati sia-sia karena tidak bisa berobat, rumah sakit mahal, harga obat mahal, lembaga pendidikan mahal. kita tidak boleh enjoy dengan keadaan sekarang, orang miskin dilarang pintar, sakit. Karena lembaga pendidikan mahal, rumah sakit mahal, Negara tidak adil karena tidak punya kebijakan. Karena orang-orang miskin tidak mampu untuk sekolah ditempat favorit, dan hanya disekolahkan di sekolah pinggiran, karena hanya orang-orang dan kelompok-kelompok tertentu saja yang sadar akan hal tersebut yang bisa membiayainya sendiri.

Hukum Negara ini hanya lancip keatas dan tumpul kebawah, begitu susahnya mencari keadilan di negara ini, Negara yang peringkat satu di ASEAN, peringkat dua di ASIA dan masuk sepuluh besar di dunia akan korupsinya. Dengan jargon tersebut karena orang miskin tidak bisa membiayainya. Keadilan begitu mahal, kesejahteraan jauh, maka tidak harus dibiarkan. Dan korupsi sudah merajalela di negara ini yang mana Negara ini mempunyai jargon yaitu, bukan lautan tapi kolam susu, kail dan jala bisa menghidupimu, batu dan kayu bisa jadi tanaman. Yang mana laut luas dan jumlah ikan yang begitu banyak tapi tidak bisa memanfaatkan untuk kemakmuran rakyat tapi hanya untuk segelintir masyarakat elit saja dan yang menikmati yaitu masyarakat luar. Kita hanya dibodohi oleh mereka, tapi kita tidak menyadari dan malah menari-nari, gembira-gembira dan belum lagi perusahaan-perusahaan besar Negara luar.

Dengan itu kita kembalikan pada diri kita, beelum lagi maraknya saham-saham keagamaan terutama dalam islam harus memperkenal diri keislaman, mana jati diri kita sebagai orang islam dan untuk anda sebagai siwa dan mahasiswa peran-peran strategis harus ditunjukkan agar karakter tersebut tidak hilang. Maka dengan ini jati diri kita yang mulai luntur dan hilang bagaimana kita harus sadar dengan memulai langkah-langkah untuk kembali fisik awal bahwa bangsa ini bangsa yang santun, bermartabat, berbudaya, ramah, toleran. Maka harus ada kemauan baik pada kita ada kesungguan untuk berubah yang lebih baik. Dengan generasi muda yang akan datang kalautidak disegerakan mulai sekarang untuk menjadikan bangsa yang bermartabat atas karakter, molaritas. Maka indonesia dengan 5 sampai 10 tahun kedepan hanya tinggal papan nama, yang mana bapak bangsa akan menangis melihat generasi muda mencabik-cabik , merobek-robek, bangsa ini. Bangsa ini bisa jatuh, runtuh karena nilai-nilai karakternya hilang. Harta kekayaan alam tidak bisa maksimal karena adanya krisis moral, karakter, karena rusaknya karakter bisa merusak segala-galanya. Maka kita kepada jati diri untuk meniru Rasulullah sebagai umat islam dan meniru tokoh sebagai bangsa indonesia. Rasulullah adalah panutan bagi umat islam, apa yang beliau lakukan maka kita lakukan, dan beliau di sakiti orang tidak tidak membalasnya, di cemooh tidak dibalas dengan cemooh. Beliau memberi teladan kepada kita, dalam konteks ini begitu mulianya rasulullah, begitu beliau janji maka ditepatinya janji tersebut.

Jati diri kita harus kembali pada bangsa indonesia, jati diri nenek moyang sebagai pelaku sebagai masyarakat pelaut dengan mengarungi lautan secara luas dengan gigih beraninya, tetapi generasi muda sekarang jangankan berani mati, berani hidup saja mulai tidak mau. Kita harus kembali kepada jati diri jangan sampai menyakiti orang lain. Kita sebagai generasi muda terdidik kembali, sebagai generasi yang tampak dan mewujudkan impian.

Organisasi ini bukanlah organisasi yang hanya berdiskusi dan mendapatkan materi dari dosen pembimbimnya, melaikan organisasi ini yaitu berbagi ilmu yang telah di dapat seperti yang telah di lakukan di sekolah SMK Plus Nurul Ulum ini sebagai langkah awal untuk terjun kelapangan dan juga berbagi ilmu untuk sesama.

Karena suatu ilmu harus selalu dicari dan tanpa ada batas untuk mencarinya,  dan juga untuk selalu barbagi ilmu yang telah di dapat untuk menghilangkan kebodohan bagi generasi muda saat ini yang mana untuk merubah mindset dan membangung karakter sejak dini agar tidak terpengaruh oleh arus globalisasi yang tidak baik untuk generasi muda bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun