Mohon tunggu...
Habibullah Al Faruq
Habibullah Al Faruq Mohon Tunggu... Lainnya - A learner

Senang mencari informasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

New Normal, Sebuah Kebijakan atau Keharusan?

31 Mei 2020   21:00 Diperbarui: 31 Mei 2020   21:05 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini, banyak terdengar mengenai istilah "new normal" yang senantiasa digaungkan oleh Pemerintah dan sebagian besar orang dalam menghadapi kasus pandemi ini. Sebelum membahas new normal, terlebih dahulu memahami akan arti dari new normal itu sendiri.

Apa itu New Normal?

New normal merupakan sebuah langkah percepatan yang dilakukan guna menangani pandemi di segala sektor kehidupan, dengan tidak mengesampingkan aspek kesehatan.

Semua sektor harus berjalan dengan sebagaimana mestinya, tidak lesu seperti sekarang ini dan kemarin-kemarin. Semua sektor tersebut diharap segera melakukan aktivitas atau kegiatan seperti biasanya.

Perlukah New Normal?

Jika muncul pertanyaan seperti ini, maka saya secara pribadi menjawab perlu.

Berikut ini beberapa alasan yang melatarbelakangi diperlukannya new normal, terlebih di suatu negara, salah satunya di Indonesia:

  1. Keberagaman masyarakat. Saat pandemi terjadi di negara Indonesia, kita sepakat, semua lapisan masyarakat, dari lapisan bawah hingga atas, tentu panik akan berita seperti ini. Sebagai Pemerintah saja sulit untuk memutuskan langkah yang tepat, apalagi hanya masyarakat biasa? Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata kita bisa mengetahui sifat masyarakat, ada yang bisa diatur dan sulit diatur. Dari sini-lah pentingnya ketegasan Pemerintah. Adapula kalangan pedagang yang nekat menjajakan dagangannya di tengah pandemi. Kita tidak bisa menyalahkan siapapun, kenyataannya seperti ini. Ini yang perlu dipertimbangkan. Masyarakat Indonesia begitu beragam, sulit untuk 'saklek' apalagi terhadap aturan baru yang dinilai menyulitkan.
  2. Ketakutan berlebih. Awal-mula pandemi, semua orang takut, itu pasti. Dengan banyaknya berita pasien ODP, PDP, hingga kematian yang melonjak, membuat kita merasa was-was dan berpikir lebih dalam. Akan tetapi, jika kita terus-terusan takut, tentu bahaya jika dilihat dari aspek psikologis kan? Setidaknya, new normal ini sudah diperlukan, karena apabila kita takut terlalu larut, itu bukanlah sebuah jawaban. Hadapi saja dan yakin kita bisa melawannya.
  3. Pemerintah tidak mungkin memberikan bantuan secara terus-menerus. Ini sudah pasti. Pemerintah memiliki anggaran, tentu diperuntukkan untuk banyak sektor. Bayangkan jika setiap bulan Pemerintah memberikan bantuan secara terus-menerus dalam jumlah besar, secara berkelanjutan, apa tidak membahayakan keuangan negara?
  4. Membantu ekonomi negara dan ekonomi keluarga. Ekonomi negara, tentu ditopang oleh rakyatnya sendiri. Salah satu yang bisa didapatkan untuk menopang ekonomi negara ialah pada industri pariwisata. Lantas, bagaimana dengan ekonomi masyarakat / ekonomi keluarga? Nah, ini yang menarik. Mengacu bahasan poin 1, masyarakat Indonesia itu beraneka ragam. Dalam pembahasan ekonomi, ada yang mengandalkan gaji bulanan, ada juga yang hanya mendapatkan gaji harian. Biasanya, harian ini didapatkan oleh para pedagang. Dengan melakukan new normal dan tetap memperhatikan aspek kesehatan, tentu pedagang tersebut bisa memberi makan kepada keluarga dan anak-anaknya.
  5. Orang Indonesia itu kuat. Poin ini mengacu pada statement Ibu Siti Fadilah yang mengatakan pada intinya jika orang Indonesia itu memiliki sistem imun yang kuat. Di sini, bukan kita bermaksud menyepelekan virus, tapi mencoba untuk menerapkan pola hidup sehat. Pola hidup sehat itu dimulai dengan olahraga teratur, makan makanan yang bergizi, maka sistem imun tubuh akan terjaga dengan baik.

Dari berbagai macam alasan di atas, tidak salah jika siap diberlakukan new normal asalkan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Kita tidak boleh berlarut-larut hidup dengan ketakutan seperti ini.

Pemerintah menginginkan new normal, ya tentu tidak ada yang salah jika dilihat dari segala aspek kehidupan. Ibaratnya, Pemerintah itu, maju kena mundur kena. Tapi dengan penerapan new normal, semoga menjadi titik yang terbaik bagi kehidupan Bangsa Indonesia.

Kita dukung apapun yang dilakukan Pemerintah jika itu masih dalam koridor yang benar. Jangan terus-menerus menyalahkan Pemerintah. Percayalah, Pemerintah sedang melakukan yang terbaik dan kita sebagai masyarakat harus mengikuti dengan baik pula.

Jadi, intinya, new normal itu kebijakan atau keharusan? Keharusan!

Jangan terlalu larut dengan masalah seperti ini. Ibaratkan manusia. Manusia memiliki 1 masalah. Tapi jika 1 masalah tersebut terlalu dipikir secara berlarut-larut, itu akan membuat hari-harinya menjadi buruk, mood-nya tidak bahagia, tidak enak makan, tidur tidak nyenyak, mengalami penurunan kualitas hidup, malas melakukan sesuatu, bahkan hingga bisa terbaring sakit. Akan menjadi berbeda jika 1 masalah tersebut disikapi biasa saja dan mencari langkah yang tepat untuk mengatasinya, sehingga tidak jatuh di lubang yang sama. Tentu masalah takkan berlarut-larut.

Itu baru contoh manusia. Bagaimana jika sebuah negara? Ayo bangkit!

Kita ini bangsa pejuang, bukan bangsa pecundang!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun