Sadarkah saudara-saudari bahwa beberapa tahun terakhir layar kaca kita diserbu dengan film-film yang mengangkat penjahat sebagai protagonis? Di dunia perfilman animasi anak, ada Megamind yang mengajak kita untuk percaya bahwa tokoh jahat juga bisa sama heroiknya dengan tokoh baik. Ada Despicable Me yang mengajak kita untuk percaya bahwa setiap orang jahat punya sisi baik. Dan para pembuat film terus berusaha menghadirkan film penjahat lain dan membuatnya lebih berkesan lagi seolah mereka ingin agar tokoh-tokoh jahat ini menggantikan posisi tokoh-tokoh super yang perilakunya lebih dapat dijadikan teladan di hati anak-anak kita.
Wreck-It Ralph bercerita tentang kehidupan berbagai karakter dalam sebuah game station. Pada siang hari, mereka bekerja sesuai dengan apa yang diperintahkan manusia (player) yang memasukkan koin. Pada malam hari, setelah para manusia yang mengunjungi game station pulang, mereka pun pulang ke kehidupannya masing-masing. Senang sekali rasanya melihat bahwa tokoh-tokoh dalam video game Street Fighter ternyata bersahabat setelah jam kerja.
Tokoh utama film ini adalah Ralph, seorang tokoh besar yang jahat dalam sebuah permainan bernama Fix-It Felix. Permainan Fix-It Felix ini mirip gabungan Donkey Kong dengan Rampage. Saat mulai dimainkan, akan muncul seorang jahat bernama Ralph yang merusak suatu gedung apartemen. Kemudian datanglah Felix (yang digerakkan oleh pemain) memperbaiki semua kerusakan yang dibuat Ralph dengan palu ajaibnya.
Film ini mengajak kita melihat lebih dekat karakter Ralph yang dikucilkan masyarakat di gamenya karena kejahatannya. Tidak seorang pun yang suka jika ia naik ke apartemen itu. Ralph tidak ingin tinggal di sana, ia tidak masalah jika harus tidur di tumpukan sampah. Yang ia inginkan hanya diterima masyarakat.Â
Sampai di sini, anak yang menonton film ini tanpa bimbingan sangat mungkin untuk mengambil pelajaran:
1. JANGAN TERGESA-GESA MENJAUHI DAN MENGUCILKAN SESEORANG DI DUNIA NYATA
Pelajaran ini tidak disebutkan dengan lisan sehingga masuknya ke dalam hati sulit disadari oleh benteng akal. Kita baru akan menyadari keberadaan pesan ini dalam hati anak-anak kita ketika mereka mulai berteman atau bersimpati dengan orang-orang yang sebenarnya tidak layak ditemani karena mereka berpikir, "Jangan-jangan orang ini sama seperti Ralph, aku tidak boleh mengucilkannya sebelum mengenal keadaan yang sebenarnya."
Saya tidak tahu bagaimana dengan teman-teman di sini tapi orang tua saya mengajarkan agar kita memilih siapa yang akan kita jadikan sebagai teman. Cara hidup kita akan dipengaruhi oleh cara hidup orang yang kita jadikan teman.
Pada tingkat yang lebih parah anak-anak kita mungkin saja berkata, "Tidak semua penjahat sebenarnya berhati jahat. Mereka hanya melakukannya karena Tuhan menciptakan mereka begitu. Jadi tolong terima mereka dan peran mereka dalam masyrakat! Jangan asingkan mereka! Itu bukan kehendak mereka."
Tuhan memberi manusia kehendak bebas yang dengannya manusia dapat memilih untuk patuh atau membangkang. Siapa yang memilih melakukan kebaikan berhak atas pujian dan siapa yang melakukan keburukan pantas baginya celaan. Dengan adanya kehendak bebas inilah, setiap orang bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat dan apa yang tidak ia perbuat. Bagaimana menurut kalian?
Kemudian terjadi perdebatan sengit antara Ralph dan masyarakat yang membuatnya pergi mencari sebuah medali untuk membuktikan bahwa kehadirannya juga layak diterima. Ketika Ralph pergi, game station dibuka dan seorang anak datang bermain Fix-It Felix. Tapi Ralph tidak ada untuk menghancurkan gedung sehingga Felix tidak harus memperbaiki apapun. Hal itu membuat si anak dan pak tua teknisi di game station itu mengira bahwa konsol Fix-It Felix telah rusak. Game itu pun terancam dicabut arus listriknya dan dikeluarkan dari game station. Masyarakat yang membuat Ralph pergi pun panik.