Mohon tunggu...
Habib Nurcahyo
Habib Nurcahyo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keberagaman dalam Motivasi Hidup

5 April 2018   03:56 Diperbarui: 5 April 2018   04:02 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam situasi akhir akhir ini telah mengidentifikasi beberapa contoh keberagaman dalam motivasi dan afek siswa. Misalnya, meskipun semua siswa mungkin memiliki kebutuhan untuk memeprtahankan perasaan kepantasan diri, beberapa siswa mungkin mencoba melindungi kepantasan diri mereka dengan terlibat dalam perintangan diri sehingga mengurangi peluang untuk sukses.

Lebih lanjut, meskipun semua siswa mungkin memiliki kebutuhan akan keterjalinan, beberapa siswa memiliki kebutuhan afiliasi atau persetujuan yang lebih kuat dibandingkan orang-orang lain. Dan beberapa siswa menunjukkan kecemasan sifat yang tinggi, yang membuat mereka rentan mengalami kecemasan yang memperlemah semangat ketika teman-teman sekelasnya mungkin sukses menghadapi tantangan.

Selain itu, para peneliti telah mengamati beberapa perbedaan konsisten dalam motivasi dan afek siswa dari berbagai latar belakang budaya dan etnis, jenis kelamin, dan tingkat sosioekonomi. Semua anak dan remaja memiliki kebutuhan pokok yang sama, dan juga mengalami emosi manusiawi yang sama kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, dan kecemasan.

Meskipun demikian, bagaimana mereka memenuhi kebutuhan dan menunjukkan perasaan mereka mungkin sangatlah bervariasi, sebagaian tergantung pada perilaku dan nilai-nilai yang didorong oleh kebudayaan dan kelompok etnis mereka. Kebutuhan akan determinasi diri merupakan salah satu kebutuhan dasar di dalamnya perbedaan kebudayaan telah diamati.

Misalnya, para peneliti juga menemukan beberapa perbedaan budaya dalam cara anak-anak dan remaja menyikapi kebutuhan keterjalinan mereka. Misalnya,dalam perbandingannya dengan kelompok-kelompok lain, siswa-siswa cenderung menghabiskan lebih sedikit wakyu untuk berkumpul dengan teman-temannya.

Mereka menganggap keunggulan dalam tugas sekolah serta memperoleh persetujuan dan penghargaan atas prestasi yang tinggi lebih penting dari pada berkumpul bersama teman-teman. Tinggkat ekspresi emosional dan kontrol juga berbeda antarkelompok. Akhirnya, siswa dari berbagai latar belakang budaya mungkin memiliki sumber kecemasan yang agak berbeda.

Misalnya, beberapa anak dan remaja mungkin merasakan tekanan yang semakin sedemikian besar dari keluarga untuk berprestasi baik di sekolah sehingga mereka mengalami kecemasan yang merugikan menjelang ujian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun