Mohon tunggu...
Habib Maulana Ikhsan
Habib Maulana Ikhsan Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang yang haus akan hal baru

Bahwa Seorang tidak bisa Meraih Mimpinya, karena tidak cukup lapar untuk memotivasi dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malam di Bawah Langit Berbintang

26 Juli 2024   22:19 Diperbarui: 26 Juli 2024   22:29 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu, langit di desa kecil Pelangi begitu cerah, dihiasi ribuan bintang yang berkilauan. Di tengah keheningan malam, seorang anak laki-laki bernama Dika duduk di atas bukit yang menghadap desa. Bukit ini adalah tempat favoritnya untuk melamun dan melihat bintang.

Dika baru berusia dua belas tahun, tetapi rasa ingin tahunya tentang alam semesta sangat besar. Setiap malam, ia membawa teleskop kecilnya dan menghabiskan waktu berjam-jam mengamati langit. Malam ini, Dika merasa ada sesuatu yang berbeda. Ada cahaya yang tidak biasa di antara bintang-bintang itu, lebih terang dan lebih besar.

Dengan hati-hati, Dika mengarahkan teleskopnya ke cahaya tersebut. Betapa terkejutnya dia saat melihat bahwa itu bukan bintang, melainkan sebuah objek asing yang melayang di angkasa. Bentuknya bulat dengan pola-pola yang berkilauan di permukaannya. Dika terpana, tak pernah ia melihat sesuatu seperti ini sebelumnya.

"Apakah ini UFO?" pikir Dika dengan antusias. "Atau mungkin satelit baru?"

Tiba-tiba, dari objek tersebut, keluarlah sinar cahaya yang mengarah langsung ke bukit tempat Dika berada. Sebelum sempat berpikir lebih jauh, Dika merasa tubuhnya ditarik ke atas oleh kekuatan yang tak terlihat. Dalam sekejap, ia berada di dalam objek itu, di sebuah ruangan yang penuh dengan lampu-lampu berwarna-warni.

Dika terkejut melihat makhluk kecil berwarna biru dengan mata besar dan senyuman lebar di wajahnya. Makhluk itu berbicara dalam bahasa yang tidak dipahami Dika, tetapi entah bagaimana, Dika merasa tenang. Makhluk itu memperkenalkan dirinya sebagai Zara, seorang penjelajah dari planet yang jauh.

"Jangan takut, Dika," suara Zara terdengar lembut di kepala Dika. "Kami datang dengan damai. Kami tertarik dengan planet kalian dan ingin belajar lebih banyak."

Dika yang awalnya terkejut, kini merasa sangat bersemangat. Ia mulai bertanya tentang planet Zara dan kehidupan di sana. Zara menjelaskan bahwa mereka adalah makhluk yang cinta damai, selalu mencari pengetahuan baru dan ingin berbagi dengan galaksi lainnya.

Malam itu, Dika menghabiskan waktu dengan Zara, belajar tentang teknologi canggih dan kebudayaan mereka. Zara menunjukkan pemandangan luar biasa dari planet mereka melalui hologram yang membuat Dika terkagum-kagum. Sebelum fajar menyingsing, Zara mengantarkan Dika kembali ke bukit dengan sebuah hadiah: sebuah batu kecil yang berkilauan seperti bintang.

"Kamu adalah teman pertama kami di Bumi," kata Zara dengan senyum. "Jaga batu ini, dan suatu hari, mungkin kita akan bertemu lagi."

Dika tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Ketika ia melihat batu itu, ia tahu bahwa petualangan barunya baru saja dimulai. Malam itu, Dika pulang ke rumah dengan hati yang penuh harapan dan mimpi tentang langit yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun