Sekilas cahaya matahari yang berasal dari ufuk timur perlahan muncul. Langit yang cerah di pagi hari itu seolah menjadi pertanda awal dari petualangan yang seru. Benar saja, dari arah kejauhan terdengar sura teriakan dari seorang pemuda yang memanggil nama Abi, Abi, dan Abi. Pemuda tersebut bernama Ahmad yang merupakan sahabat dekat Abi. Mendengar teriakan yang memangil namanya, tentu saja Abi terbangun dan segera menghampiri sahabatnya yang sudah menunggu bersama dengan sepeda tua yang dibawanya.
"Untuk apa kau datang sepagi ini ke rumahku?" tanya Abi dengan wajah yang masih mengantuk. "Ayo bantu aku menarik perahu gabus ke daratan" ucap Ahmad. Mendengar jawaban dari sahabatnya itu Abi merespon dengan mengangguk setuju dan berkata "Tunggu sebentar, aku mau siap-siap dulu".
Tidak menunggu lama, Abi kembali menghampiri Ahmad dengan menuntun sepeda miliknya yang ia ambil dari belakang rumah. Mereka kemudian mulai mengayuh sepeda menuju pantai, tempat dimana perahu ahmad berada. Jarak menuju pantai terhitung cukup jauh karena terletak tepat di ujung desa mereka. Sepanjang perjalanan, tatapan mata Abi yang masih lesu mulai menajam seiring dengan indahnya jalanan yang mereka lewati. Jajaran pohon pinus yang tinggi menjulang di tepi jalan seakan menyambut mereka ditemani deru ombak yang terdengar dari kejauhan.
Ahmad yang sejak tadi berada di depan Abi, kemudian menoleh ke belakang dan berkata dengan lantang "Abi!, ayo buruan nanti air pantai keburu surut". Abi yang mendengar perkataan dari sahabatnya itupun, langsung mengayuh sepedanya lebih cepat mengikuti Ahmad yang sudah melaju dengan kencang.
Sesampainya di pantai, Abi segera menaruh sepedanya tepat berada di samping sepeda Ahmad yang sudah terparkir lebih dulu. Abi kemudian menghampiri Ahmad yang sedari tadi sudah berada di tepi pantai menghadap ke perahunya sembari menggaruk-garuk kepala. Abi yang melihat sahabatnya sedang kebingungan menduga ada suatu masalah yang terjadi pada perahu gabus Ahmad. "Ada apa mad?, kenapa kamu terlihat bingung" ucap Abi sambil menepuk bahu Ahmad dari belakang. "Lihat bi, air pantai sudah surut" jawab Ahmad dengan wajah lesu. Abi yang bingung dengan jawaban sahabatnya lalu bertanya " Memangnya kenapa kalau air pantai sudah surut?". Ahmad pun langsung memandang wajah Abi kemudian menjawab "Terus gimana caranya kita agar bisa menarik perahu gabus ini dengan kondisi air yang sudah surut!". Mendengar jawaban Ahmad, Abi pun terdiam karena paham apa yang dimaksud oleh sahabatnya.
Dalam keadaan yang hening sesaat, Abi yang tanpa aba-aba segera mengambil tali perahu dan mencoba menarik perahu gabus tersebut. Namun, hal tesebut tidak semudah dengan apa yang ia pikirkan. Berbagai cara telah Abi coba agar setidaknya perahu gabus itu bisa bergeser sedikit dari posisi awal. Ahmad yang melihat sahabatnya itu kelelahan akibat terus menarik perahu gabus lalu berkata "Sudahlah bi, ayo kita pulang, semua yang kau lakukan itu hanya sia-sia". Abi yang terus berusaha mencoba tidak mendengarkan sepatah kata pun yang Ahmad katakan.
Pandangan Abi kemudian teralihkan dengan tumpukan pelepah pohon kelapa yang terletak tidak jauh dari mereka. Tanpa banyak bicara, Abi segera mengambil tumpukan pelepah itu dan membawanya ke perahu gabus. Tumpukan pelepah yang diambilnya, lalu disusun berjajar mengikuti jalur yang akan dilewati perahu gabus pada saat ditarik. Tak lama berselang, Abi kemudian mengarahkan Ahmad agar mendorong perahu gabus dari belakang, sementara Abi akan menarik tali perahu gabus dari arah depan. Sesuai dugaan, apa yang direncanakan oleh Abi berjalan dengan semestinya. Perahu gabus akhirnya berhasil dibawa ke daratan dengan menggunakan pelepah pohon kelapa, dikarenakan permukaannya yang licin sehingga memudahkan gesekan antara bagian bawah perahu dengan pelepah pohon kelapa.
Ahmad masih merasa tidak percaya bahwa mereka berhasil membawa perahu gabus itu ke daratan dengan mudah. "Bagaimana kau bisa berpikir untuk menggunakan pelepah pohon kelapa itu?" celetuk Ahmad. Abi yang mendengar celetukan itu dengan senyum tipis menjawab "Tidak ada usaha yang sia-sia mad, jika kita terus berusaha mencobanya!". Ahmad pun turut tersenyum mendengar jawaban Abi yang secara tidak langsung menyindir dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H