Debat Capres Putaran ke-tiga, menjadi ajang untuk menunjukan bahwa dia yang terbaik untuk menjadi seorang pemimpin negara berdasarkan pada visi dan misinya. akan tetapi acara tersebut berjalan dengan tidak fokus dan sesuai pada visi dan misi yang seharusnya di sampaikan yang berkaitan dengan tema "Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, Globalisasi, Geopolitik dan Politik Luar Negeri".
Debat Capres pada 7 Januari 2024 ini menjadi ramai diperbincangkan masyrakat dan media, beberapa media sosial menayangkan penggalan - penggalan video  dengan memberikan statement keberpihakan sesuai dengan Capres pilihannya. Tidak bisa di Pungkiri dan sudah menjadi teori bahwa setiap musim pemilihan politik Media akan melakukan framing framing pemberitaan dengan menggiring opini sehingga masyarakat dapat terpengaruh dengan pasti. Musim politik saat ini pun media sudah banyak menunjukan keberpihakan siapa yang dipilih dengan framing yang menggiring opini siapa yang tepat siapa yang tidak, terlebih setelah debat Capres ke-tiga selesai dilaksanakan. Beberapa masyarakat semakin yakin pilihannya, tapi sebagian masyarakat tetap bimbang siapa Capres dan Cawapres terbaik untuk Indonesia.
Masyarakat media sosial berpendapat bahwa musim politik tahun ini bukanlah hal yang mudah karena Capres dan Cawapres saat ini ketiganya memiliki kualitas terbaik dengan banyak pendukungnya. Sehingga pemilihan presiden periode ini tidak hanya bisa dilihat dari debat-debat yang sudah terlaksana, Capres Ganjar yang sangat baik public speaking nya, Capres Anis yang sangat confident akan dirinya atau Capres Prabowo yang terpenggal-penggal dalam menyampaikan pendapatnya.
Hendaknya sebagai masyrakat yang memiliki hak pilih juga melihat dan eksplorasi bagaimana kinerja mereka sebelumnya, bagaimana konsistensi mereka dalam berpendapat dari beberapa tahun kebelakang, bagaimana jejak media sebelumnya, bukan hanya didasarkan pada jejak media kurun pemilu yang memang Paslon akan sibuk untuk re-image diri. Bagaimana konsistensi memimpin dan bagaimana visi misi Capres dan Cawapres kedepan. Sehingga pada titik menemukan siapa patriotisme sejati untuk memimpin negara kita.
Bukankah seorang imam atau pemimpin yang baik akan berpegang teguh pada konsistensi berbicara, konsistensi memimpin, dan visi misi yang sesuai dengan kebutuhan negara dan rakyat? bukankah menjadi seorang patriotisme tentu saja membutuhkan berjiwa besar dan tulus kepada rakyat dan negara karena tulus itu sangat mahal?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H