Mohon tunggu...
Habibi Zaidatul Mamuriyah
Habibi Zaidatul Mamuriyah Mohon Tunggu... Konsultan - Communication Industry

Writing is amazing passion to have for increasing knowledge. Now, everyone needs to have good enough skill is a best idea

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Polemik Miss Universe 2023 Sebuah Refleksi Atas Pelecehan dan Martabat Perempuan pada Beauty Pageant

21 Agustus 2023   15:30 Diperbarui: 21 Agustus 2023   22:48 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banyak streotip yang muncul jika berbicara tentang Beauty Pageant. Beauty Pageant ini mulai muncul di tahun 1819 yang kemudian berkembang hingga di tahun 2023 ini dan merupakan kompetisi kecantikan yang tidak hanya menilai kecantikan fisik dari wanita semata, tetapi juga melibatkan kercerdasan, bakat, attitude, wawasan, kepribadian dengan tujuan memperkuat isu-isu sosial di masyarakat dan memiliki tujuan amal dalam masyarakat. Pada akhirnya Beauty Pageant tidak hanya melibatkan kecantikan yang bisa dilihat dengan mata telanjang juga berbicara tentang beauty inside dari dalam diri seorang perempuan.

              Baru - baru ini, Miss Universe 2023, sebuah kontes Beauty Pageant menjadi polemik di Indonesia.  Polemik ini muncul adanya kasus pelecehan yang terjadi pada peserta Miss Universe 2023. Polemik bermula dari Body Checking yang dilakukan secara mendadak tanpa perencanaan dan tidak sesuai dengan rundown acara, yang seharusnya adalah melakukan Fitting busana. Body Checking menjadi hal yang tidak pantas karena peserta dipaksa "membuka baju" dan "setengah telanjang" yang kemudian di potret dengan kamera handphone dan terdapat laki --laki di ruangan tersebut. Tindakan tersebut adalah nyata melanggar Standard Operating Procedure Miss Universe. Body Checking tersebut memunculkan ketidaknyamanan untuk peserta yang mengaku merasa direndahkan dan memberikan dampak psikologis negatif.

               Menilik jauh sebelum Beauty Pageant dikenal di Indonesia. Perempuan kerap terbatas dengan peran sebagai Ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas urusan memasak, melahirkan, dan merawat anak. Namun munculnya gerakan feminisme yang telah mengupayakan kesetaraan hak perempuan dan laki laki. Beauty Pageant dapat diartikan sebagai salah satu gerakan feminisme untuk mendorong perempuan menemukan martabat mereka diluar peran konvensional dan membuktikan bahwa mereka memiliki potensi yang setara dengan laki-laki. Tidak hanya kesetaraan gender, Beauty Pageant yang mulai muncul di Indonesia pada tahun 1992 juga menunjukan bahwa perempuan memiliki nilai tinggi, tidak hanya cantik akan tetapi juga memiliki value yang dinilai dari Brain, Beauty, dan Behaviour.

              Berbicara tentang wanita pada Beauty Pageant termasuk pada Miss Universe 2023, menjadi kesempatan bagi perempuan untuk menghargai keindahan, memperluas wawasan, dan skill. Beragam streotip yang muncul pada pembahasan ini, sebagian orang melihat bahwa Beauty Peagent merupakan kontes objektifikasi yang hanya menjual kecantikan fisik jika melihat ketentuan dan persyaratan mengikuti ajang kontes ini dengan mempertimbangkan tinggi badan serta kecantikan fisik sebagai tolak ukur. Selain itu terdapat keprihatinan potensi dampak psikologis negatif terhadap peserta yang mengalami tekanan untuk memenuhi standar kecantikan secara sempit. Akan tetapi sebagian berpendapat bahwa kontes ini justru memberikan martabat kepada perempuan. Beauty Pageant menjadi wadah dan kesempatan bagi perempuan sebagai bentuk pemberdayaan diri, pengembangan pribadi, dan memperkuat identitas perempuan. Tidak hanya menguntungkan perempuan, tetapi juga menghasilkan dampak positif bagi masyarakat secara keseluruhan.

              Beauty Pageant yang menjadi wadah bagi perempuan sebagai Woman Empowerment, pada polemik Miss Universe 2023 kemudian sangat bertentangan dengan esensi sebenarnya dari Beauty Pageant. Bagaimana peserta merasa direndahhkan bahkan bring mental down yang seharusnya tidak dilakukan. Hal tersebut tidak mencerminkan bagaimana dengan visi Beauty Pageant yang seharusnya untuk memberdayaan diri perempun, menghargai, dan memperkuat identitas perempuandengan memandang perempuan secara luas yang fokus terhadap pencapaian, pemberdayaan dan mengurangi penekanan pada aspek fisik, serta menjunjung tinggi martabat perempuan, dan perhormatan pada keragaman yang menjadi prioritas dari event kompetisi Beauty Pageant.

                Sangat penting memahami bahwa pandangan mengenai Beauty Pageant ini sangat bervariasi . setiap individual memiliki pandangan yang bergantung pada perspektif budaya, sosial, dan individual itu sendiri, sehingga tidak salah jika setiap orang memiliki streotip yang berbeda.  Akan tetapi yang harus dipahami adalah setiap individu harus memiliki pandangan yang sama akan pelecehan, perlakuan tidak senonoh, dan merendahkan martabat perempuan yang sangat bertentangan dengan norma-norma manusia. Perlunya  menjunjung tinggi martabat perempuan dan menentang pelecehan, perilaku tidak pantas, dan penurunan martabat yang merupakan aspek sentral terhadap isu ini. Sehingga diharapkan kasus pelecehan ini  menjadi refleksi dan  tidak terulang lagi pada diri perempuan baik didalam ajang kontes Beauty Pageant atau pun di lingkungan-lingkungan lainnya yang seharusnya bisa menjujung tinggi martabat dan menghargai perempuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun