Mendengar kata Papua, sebagian dari kita mungkin membayangkan hal-hal yang menyeramkan, menakutkan, dan lainnya.Kita seperti mempunyai gambaran tersendiri,menyimpulkan dengan seadanya lewat cerita-cerita dan berbagai pemberitaan di media. Yang pasti, Papua adalah tanah yang tak habis pesona. Pulau di ujung timur nusantara ini dikaruniai keindahan dan kekayaan alam yang melimpah, tidak salah bila orang-orang menyebutnya sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi. Pulau Papua juga merupakan pulau terbesar kedua di dunia, puncak tertinggi Indonesia juga ada di pulau ini, yaitu Puncak Cartenz, yang merupakan puncak tertinggi dari serangkaian pegunungan Jayawijaya dengan salju abadinya. Bentang alam yang sangat luas, pegunungan dengan hutan-hutan lebat menjadikan sebagian wilayah Papua sulit dijangkau, bahkan untuk menuju kesana hanya bisa dilalui lewat jalur udara.
Mari kita menuju ke jantung Papua yang terdapat lembah-lembah mempesona, Wamena.
“Belum ke Papua kalau belum ke Wamena”, itulah kalimat yang sering terdengar di kalangan wisatawan lokal maupun manca negara yang berkunjung ke Papua. Tidak berlebihan memang, karena Wamena merupakan ibu kota kabupaten Jayawijaya yang menjadi pusat kebudayaan suku Dani. Pengawetan jenazah/mumi kepala suku besar dan festival budaya tertua, Festival Lembah Baliem, dilangsungkan setiap tahun di kota yang tepat berada di cekungan Lembah Baliem ini. Kota Wamena juga menjadi induk dari beberapa kota/kabupaten pemekaran lainnya, dan juga menjadi pusat perekonomian dan pendidikan di Pegunungan Tengah Papua. Mata pencaharian penduduknya adalah berkebun, menanam berbagai macam sayuran serta umbi-umbian yang merupakan makanan khas masyarakat setempat. Sedangkan hewan peliharaan mayoritas adalah babi, bahkan menurut beberapa sumber, nama Wamena diambil dari bahasa setempat, yaitu wam-babi dan ena-jinak.
Dan bisa jadi, “Belum ke Wamena kalau belum ke Walesi”. Inilah salah satu keunikan di Lembah Baliem dan menjadi sisi berbeda di Papua. Berjarak sekitar 10 km ke arah selatan kota Wamena terdapat perkampungan dengan penduduk suku Dani pemeluk agama Islam terbesar di kabupaten Jayawijaya bahkan di Pegunungan Tengah Papua, yaitu distrik Walesi. Perkampungan asri dengan masyarakatnya yang memilih Islam sebagai agama mereka, ditengah masyarakat Papua yang mayoritas memilih kepercayaan berbeda. Memang tidak semua masyarakat di Walesi memeluk agama Islam, tapi mereka hidup rukun meski dengan kepercayaan yang berbeda. Bahkan dalam satu keluarga pun tidak sedikit yang berbeda keyakinan, baik dari Kristen maupun Islam. Namun hal itu tidak membuat masyarakat setempat terganggu, akan tetapi justru menambah keunikan tersendiri dalam menjalankan ibadah dan kehidupan sehari-hari. Seperti saling bergotong royong saat pembangunan Masjid atau Gereja, atau saat acara halal bihalal selepas lebaran, masyarakat Kristen juga hadir atas dasar rasa kekeluargaan. Hubungan antar umat beragama di Papua sangat dijaga, seperti yang diungkapkan oleh bupati kabupaten Jayawijaya, John Wempi Wetipo, bahwa “(untuk) solidaritas dan kerukunan antar umat beragama, belajarlah ke papua”. Meski kadang ada sebagian kecil masyarakat yang terprovokasi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungg jawab, atau isu-isu miring untuk merenggangkan tali persaudaraan yang sudah lama dijalin bersama.
Berbeda dengan daerah lain di Lembah Baliem, Walesi menjadi pusat pendidikan agama Islam bagi masyarakat suku Dani. Di distrik inilah berdiri madrasah dan pesantren tertua di Papua, yaitu pondok Pesantren Al-Istiqomah yang sudah puluhan tahun dibangun guna mendidik dan membina masyarakat muslim pribumi dari berbagai klan dari suku-suku muslim yang tersebar di berbagai kampung bahkan dari luar kabupaten. Sebagai Islamic Center, di Pesantren Al-Istiqomah Walesi kita akan disuguhi pemandangan berbeda tentang Papua, seperti para santri dengan pakaian islami, aktivitas sholat berjamaah, dan anak-anak belajar mengaji Al-Quran. Pesantren Al-Istiqomah mengasuh puluhan santri yang merupakan anak-anak muslim pribumi, mereka tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama saja, akan tetapi juga diadakan pelatihan keterampilan, seperti berkebun, beternak dan lainnya. Berkat dukungan dari berbagai kalangan, pesantren Al-Istiqomah terus berusaha meningkatkan pelayanan dalam mengasuh para santri meski dengan fasilitas seadanya. Guna menunjang keberlangsungan pendidikan formal dan non formal, saat ini para ustad didatangkan dari luar Papua, seperti dari Pesantren Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan Madura Jawa Timur, serta guru-guru melalui program pemertintah dari berbagai daerah di Indonesia. Umat Islam dari luar Papua yang tinggal di kota Wamena juga ikut serta memberikan bantuan baik berupa tenaga maupun dana, seperti bahan makanan, pakaian, alat-alat belajar, dan kebutuhan lainnya.
[caption id="attachment_342600" align="aligncenter" width="490" caption="santri pesantren al-istiqomah walesi. foto: dok. pesantren"]
Islam hadir memberikan warna tersendiri bagi muslim Wamena, mewarnai sisi kehidupan sehari-hari muslim suku Dani. Seperti dalam tradisi adat memasak “Bakar Batu” yang biasanya menggunakan daging babi, muslim Wamena menggantinya dengan daging ayam. Mereka tidak hanya menjadikan tradisi memasak Bakar Batu sebagai rutinitas adat saja, akan tetapi juga sebagai ajang silaturrahmi dan mempererat tali persaudaraan. Saat ini ada 13 masjid yang tersebar di kabupaten Jayawijaya, 6 masjid berada di kota Wamena dan masjid lainnya tersebar di beberapa kampung yang sebagian masyarakatnya sudah memeluk agama Islam sejak lama. Selain di Distrik Walesi, beberapa “kampung muslim” lainnya seperti di kampung Jagara, Air Garam, Hitigima di distrik Wesaput. Kampung Megapura di Distrik Assolokobal, kampung Kimbim di Distrik Assologaima, dan banyak lagi yang lainnya.
Begitulah gambaran kecil tentang Islam dan muslim di Wamena, mereka tetap memelihara tradisi dan mewarnai dengan nilai-nilai Islami. Karena Islam adalah rahmat untuk seluruh alam, tak terkecuali di Lembah Baliem Wamena. Cahaya Islam di Papua terus bersinar terang, seperti matahari yang setiap pagi terbit dari timur menerangi Bumi Cenderawasih yang penuh cinta dan kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H