Tak akan mengenal tanpa identitas. Tak akan mengenal dengan cirikhas. Tak akan mengenal dengan wujud. Tak akan mengenal tanpa adanya kesan menonjol yang melekat pada suatu hal.
Oleh karena itu identitas sangat penting bagi siapapun, termasuk bangsa Indonesia tersendiri. Identitas ini bisa diartikan sebuah ciri khas atau jati diri yang melekat pada suatu individu, kelompok, maupun bangsa. Sehingga identitas di sini dapat membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
Setiap bangsa pasti memiliki identitas yang berbeda, hal ini bisa disebut dengan identitas nasional. Adapun identitas di sini berarti suatu ciri atau jati diri yang melekat pada suatu hal. Sedangkan nasional di sini berarti kebangsaan. Yang mana nasional disini mencangkul agama, sosial, budaya, ras, suku, dan setiap sesuatu yang ada pada bangsa tersebut. Dapat disimpulkan bahwa identitas nasional adalah suatu ciri khas atau jati diri yang melekat pada suatu bangsa.
Dalam identitas nasional itu sudah mencangkup semua yang ada di negara tersebut. Seperti contoh Pancasila, undang-undang negara, bahasa kesatuan, ras, suku, bangsa, agama ,dan lain sebagainya
Berbicara tentang identitas nasional di sini saya akan mengangkat sebuah cerita tentang suku suatu bangsa. Indonesia sudah diakui memiliki berbagai suku, ras, dan budaya yang sangat beragam. salah satunya yaitu Suku Osing atau biasa diucapkan Jawa Osing adalah penduduk asli Banyuwangi atau juga disebut sebagai Laros atau Wong Blambangan yang merupakan penduduk mayoritas di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuwangi.
Mungkin tidak banyak yang tahu tentang keberadaan suku Osing ini. Tapi suku Osing ini adalah salah satu suku yang berada di tanah Jawa ujung timur. Tepatnya berada di desa kemiren, kecamatan Glagah, kecamatan Banyuwangi.Â
Awalnya suka Osing ini adalah salah satu suku yang terbentuk pada akhir kerajaan Majapahit. Dan orang yang berada di suku osing ini adalah bagian dari kerajaan Majapahit yang mana pada saat itu kerajaan Majapahit mengalami keruntuhan atau kemunduran dan awal mula masuknya agama Islam.Â
Pada saat itu sebagian dari rakyat Majapahit tersebut mendirikan sebuah kerajaan yang bernama Blambangan. Setelah kerajaan Majapahit runtuh kerajaan Blambangan ini menjadi satu-satunya kerajaan Hindu di Jawa. Usut temu usut ternyata suku Osing ini bukan hanya bagian dari kerajaan Majapahit tetapi suku Osing  di sini juga bagian dari kerajaan Blambangan.
Osing di sini memiliki arti tidak mau. jadi suku Osing ini tidak mau dipaksa dalam segala hal, baik dalam ajakan kerjasama dari Belanda atau oleh siapapun. Maka dari itu suku Osing di sini mengasihkan dirinya ke pedalaman untuk menghindar dari segala hal. Dan sampai saat ini suku Osing masih berpegang teguh pada pendiriannya, bahkan dalam bahasa maupun suku.
Osing masih kental dengan bahasanya sendiri yaitu bahasa Osing. Yang mana bahasa tersebut tuntunan dari bahasa Jawa kuno. Yaitu Osing dan gowo-krama. Kedua bahasa tersebut digunakan oleh suku Osing dan penduduk asli Banyuwangi sampai saat ini. Tidak hanya itu, bahasa Osing ini memiliki keunikan tersendiri dalam pengucapannya. Sehingga bisa membedakan mana yang Osing mana yang bukan.
Selain bahasa, Suku osing di sini masih mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada di suku tersebut. Seperti contoh tarian Gandrung, tumpeng Sewu, dan masih banyak lainnya.Â