Mohon tunggu...
Habibah Nur Alawiah
Habibah Nur Alawiah Mohon Tunggu... Perawat - Mahasiswa Universitas Indonesia

Seorang Perawat dan Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Perawat Profesional dalam Pencegahan Trauma Paska Operasi Anak

13 Juni 2022   15:24 Diperbarui: 14 Juni 2022   07:22 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pemberian asuhan keperawatan secara profesional merupakan hal yang selayaknya dilakukan oleh perawat kepada pasien, tidak memandang batas usia, suku, budaya, ras dan agama. Hal itu mengakibatkan banyak sekali problema yang dihadapi salah satu yang menjadi fokus permasalahan dalam pemberi asuhan adalah terjadinya trauma akibat perawatan selama di Rumah Sakit. Salah satunya yaitu anak menjadi trauma akan kenangan dimasa lalu yang tidak menyenangkan, dalam istilah medis dikenal sebagai PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder (Dalley, 2001). Permasalahan trauma ini sering terjadi pada anak-anak terutama anak yang dilakukan tindakan operasi. Meskipun tidak memandang batas usia, namun kebanyakan trauma paska operasi ini terjadi pada anak usia sekolah, yaitu anak usia 7-12 tahun (Kemenkes, 2011).

Konsorsium Ilmu Kesehatan dikutip dalam Hidayat (2012) mengatakan bahwa pencegahan yang dapat dilakukan perawat sangat diperlukan, melalui beberapa peran perawat dalam memberikan asuhan, diantaranya yaitu sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada pasien (care giver), advokat, edukator, koordinator, kolabolator, konsultan dan peneliti. Sesuai dengan perannya perawat dalam mengasi masalah yang terjadi maka perlu melakukan asuhan keperawatan kepada pasien anak dengan sebaik mungkin dengan memfasilitasi anak tanpa menimbulkan trauma paska tindakan. Salah satunya dengan memberikan kenyamanan dan mencegah ketakutan selama di Rumah Sakit melalui komunikasi yang sesuai dengan usia perkembangan anak serta meningkatkan komunikasi yang efektif demi kenyamanan anak. Tidak memaksa apabila anak tidak mau, justru dengan membujuk dan memberi kenyamanan terhadap anak. Selain itu peran yang berpengaruh penting diantaranya yaitu kolaborasi yang dilakukan bersama tenaga kesehatan lain dan orangtua yang dapat membantu dalam proses pelaksanaan pemberian asuhan, karena peran orangtua disini sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan mental anak.

Hal yang harus dilakukan pertama kali yaitu menjalin trust (kepercayaan) baik dengan orangtua ataupun anak, mulailah dengan melakukan pendekatan melalui perkenalan terlebih dahulu, kemudian memfasilitasi anak dengan hal-hal yang sedang mereka gemari, lama kelamaan akan kepercayaan anak terhadap perawat akan meningkat.

Perawat yang profesional selain menjalankan peran yang sesuai juga harus menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme. Assosiation of American Critical Care Nursing (2008) mengemukakan bahwa nilai professionalisme terdiri dari altruism, memberikan kebebasan (autonomy), menghormati pasien (human dignity), menjalankan peran yang sesuai aturan yang berlaku (integrity), dan bersikap adil (social justice). Salah satu nilai profesionalisme yaitu alturisme yang diartikan sebagai bentuk perhatian berupa sikap baik yang ditunjukkan kepada siapapun termasuk klien, rekan sejawat dan tenaga kesehatan lainnya. Menurut Berman, et al (2008) bentuk nyata dari nilai altruisme ini berupa kepedulian yang dilakukan terhadap klien melalui beberapa perilaku diantaranya yaitu memiliki sifat caring yang merupakan ciri khas dari profesi keperawatan, memiliki komitmen, penuh kasih sayang, murah hati, rajin serta memiliki kesabaran dalam besikap dan berperilaku terhadap anak-anak. Perlu digaris bawahi bahwa hal yang paling penting dalam nilai alturisme ini yaitu caring, compassion serta kesabaran. Tiga hal tersebut dianggap penting, karena dengan caring kita dapat memberi perhatian kepada anak sehingga mencegah terjadinya trauma, melalui compassion (kasih) kita dapat memberikan kasih sayang kepada pasien sehingga pasien merasa dicintai selayaknya orangtua yang melahirkannya. Selain itu sabar dimana dalam merawat pasien anak kita perlu memiliki kesabaran yang tinggi karena tidak jarang anak tidak mau berbicara apalagi jika akan dilakukan tindakan seperti pemberian terapi dan sebagainya. Dari ketiga hal tersebut, tak kalah penting yaitu kita harus menerapkan nilai autonomy (memberikan kebebasan) terkait asuhan yang akan diberikan dengan tetap menjalankan aturan yang sesuai dengan strandar dan kode etik yang ada di Rumah Sakit.

Untuk itu peran perawat serta nilai profesionalisme yang dimiliki perawat sangat berpengaruh terhadap pencegahan trauma paska tindakan operasi anak. Sehingga anak tidak memiliki kenangan yang buruk selama perawatan dan penyakit yang dialami dapat tertangani dengan baik.

Referensi: 

A.A. A, Hidayat. 2012. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2005. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

AACN. 2009. The essential of baccalaurate education for professional nursing practice. America: American Association of Colleges of Nursing. Diakses dari http://www.aacn.nche.edu/education-resources/BaccEssentials08.pdf

Marmi & K. Rahardjo. 2015. Asuhan neonatus, bayi, balita, anak prasekolah dan anak usia sekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun