Mohon tunggu...
Habibah Bahrun Al Hamidy
Habibah Bahrun Al Hamidy Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Program Magister Psikologi Profesi Peminatan Psikologi Pendidikan

Mendidik adalah Proses Belajar Memahami Manusia-- Love Educational Psychology -- On Progress To Be a Psychologist -- Belajar menjadi bermanfaat untuk manusia lainnya -- Road To Edu_CORNER

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siswi SD, Radikalisme, dan Keprihatinan Kita

21 Januari 2020   14:59 Diperbarui: 21 Januari 2020   16:20 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kerja keras bersama seluruh pihak diperlukan untuk mendampingi tahap perkembangan anak termasuk memberikan penanaman nilai benar dan salah maupun baik dan buruk dalam dirinya. Kerja sama seluruh elemen masyarakat hari ini dihadapkan dengan banyak tantangan perkembangan zaman yang membawa arus budaya kebebasan tanpa batas. Inilah permasalahan yang dihadapi para pendidik hari ini.

Ketika ada seorang tokoh masyarakat di negeri ini, menyatakan sebuah pendapat bahwa siswa kelas 5 SD yang memahami batasan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan aturan agamanya diberi label radikal. Radikal bagi beliau perlu dihilangkan dari negeri ini dengan mengarahkan tuduhan radikal kepada anak-anak yang telah mampu dengan benar memahami ajaran agamanya. 

Pernyataan seperti ini sejatinya menunjukkan ketidakpeduliannya pada masalah yang hari ini mengancam generasi bangsa. Pernyataan tersebut justru menunjukkan kurangnya empati pada ancaman besar generasi muda hari ini. Padahal, sejatinya ancaman terbesar bangsa ini adalah lahirnya generasi tanpa nilai atau generasi yang tidak faham ajaran agamanya.

Ketika seorang anak usia SD sudah mampu membedakan baik dan buruk maupun benar dan salah, sejatinya menunjukkan keberhasilan orang tua dalam menanamkan nilai baik dalam diri anak. Nilai agama merupakan landasan terbaik dalam membentuk pribadi anak. 

Dengan penanaman nilai agama akan membentuk anak menjadi sosok yang faham konsep diri sehingga mampu memfilter berbagai hal yang dihadapinya. Justru, mestinya orang dewasa hari ini sangat prihatin jika anak usia akhir belum mampu memahami ajaran agamanya. 

Padahal ajaran dalam agamalah yang mampu membentuk dentitas diri anak. Tanpa dibekali nilai agama anak akan dengan mudah terbawa arus serba bebas dari lingkungannya. Lahirlah, anak-anak yang hidup serba bebas, tanpa aturan dan sangat membahayakan.

Jjika hal seperti itu dibiarkan terus hingga masa dewasa. Ancaman lahirnya generasi serba bebas inilah yang harusnya menjadi keprihatinan kita.

Habibah Bahrun Al Hamidy, S.Psi.
Pengamat Pendidikan, Mahasiswa Program Magister Profesi Psikologi Minat Pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun