Sebagai pemburu lomba menulis opini, saya cukup senang dan mengapresiasi usaha berbagai kampus dalam memopulerkan jenis lomba menulis satu ini. Mengingat jumlahnya tidak sebanyak lomba menulis esai ilmiah atau lomba karya tulis ilmiah (LKTI). Bahkan, barangkali bagi sebagian besar orang dirasa tidak terlalu bergengsi.Â
Menulis opini tidak sekadar kamu menumpahkan apa yang dipikirkan dalam selembar kertas. Ialah suatu seni meringkas beribu-ribu gagasan inovatif menjadi rangkaian kalimat indah yang mampu menggiring emosi pembaca.Â
Jika tidak percaya, coba baca tulisan di Kompas, Republika, Jawa Pos, Media Indonesia, atau media massa nasional lainnya. Kamu akan menyadari betul sejauh mana dirimu sudah terbawa arus dalam permainan pemikiran para penulisnya.Â
Kamu pun mulai bertanya-tanya, "Apa yang membuat tulisan opini mereka bagus, sampai-sampai berhasil dimuat di media massa sekaliber itu?"Â
Sisihkan sedikit waktu dan bedahlah karya mereka dengan seksama. Akan tampak jelas betapa berbedanya tulisan opini dengan esai ilmiah ataupun LKTI. Entah itu dari penyampaian gagasan, peracikan plot, maupun permainan diksi.
Ini berlaku pula pada lomba menulis opini, yang sekurang-kurangnya memiliki kemiripan dengan menulis opini di media massa. Namun, tentu saja ia memiliki format dan pola uniknya sendiri, yang terlihat jelas tatkala kamu berhasil memenangkannya.
Dengan mengetahui rahasia memenangkan lomba menulis opini - yang disarikan berdasarkan pengalaman dan hasil pengamatan saya - niscaya tidak sedikit dari kamu akan mengamini pernyataan tadi. Bahwa indikator kualitas tulisan opini ditentukan dari ketajaman gagasan, plot, ataupun diksi.
Jadi, tunggu apalagi? Bersegeralah untuk mengetahui resep memenangkan lomba menulis opini lantas mengaplikasikannya!
Baca Juga:  7 Tips Ampuh Menjadi Content Writer yang Dicari Banyak Orang!
"SKSD" dengan Penyelenggara dan Juri Lomba Menulis Opini
Adalah langkah pertama dan krusial yang mesti kamu lakukan, dalam upaya memenangkan lomba menulis opini. Yang tentunya bisa diwujudkan dengan membaca buku panduan; menyibak identitas penyelenggara dan juri lomba lantas menyelami selera bahasa dan pemikiran mereka. Tidak luput memperhatikan preferensi mereka terhadap keindahan tulisan ataupun bobot pembahasan.