Mohon tunggu...
Habibah Auni
Habibah Auni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Seorang penulis lepas amatir yang berdedikasi penuh dalam mengasah kemampuan menulisnya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Apa Salahnya Menjadi Pemalas?

4 Februari 2021   06:58 Diperbarui: 4 Februari 2021   08:18 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yah, beginilah endingnya... (Sumber: Unsplash)

Begini deh realitanya, hadeh hadeh (Sumber: Unsplash)
Begini deh realitanya, hadeh hadeh (Sumber: Unsplash)

Dan saya berani menjawab TIDAK. Sebab, cara itu sudah saya coba berkali-kali, dan kerap menjatuhkan saya pada lubang yang sama. Lantas, untuk apa mencoba cara yang sama; menjadi orang-orang normal produktif lainnya --- di saat saya yang pemalas ini -- berat hati melakukannya? Yang ada malah buang-buang waktu, mengutuk ketidaksanggupan dan ketidakmampuan diri, serta inefisiensi energi.

Maka, langkah berikut yang saya lakukan adalah mencoba menerima dan membenarkan kalau diri saya pemalas. Yaitu orang yang hanya mau melakukan aktivitas yang sesuai passion atau tingkat semangat diri. Implikasinya, jika ada kegiatan-kegiatan di luar sana yang tidak sesuai dengan passion saya, maka saya menolak berpartisipasi. 

Imbas perkara ini adalah berkurangnya aktivitas yang saya ikuti (bahkan hampir tidak ada, kecuali hal itu adalah sesuatu yang penting), bertemu hanya ke orang-orang yang dekat saja, dan berkoneksi dengan orang-orang yang memiliki kesamaan karier. 

Baca juga: Tidak Berbakat

Apakah hal ini berdampak buruk? Bagi saya tidak. Saya tidak tahu kalau Anda melakukan ini dampaknya ke diri Anda bagaimana ya hehe. Yang jelas, setelah melakukan ini, saya merasa diri saya semakin bahagia, sehat, dan produktif. Intinya ya... saya menjadi diri saya sendiri. 

Saya tidak lagi perlu bersusah-payah menjadi produktif seperti orang-orang di luar sana; berlomba-lomba upload story kegiatan-kegiatan keren yang saya ikuti di Instagram, atau hal-hal lainnya. Pokoknya, apa yang saya lakukan dewasa ini adalah cerminan dan pantulan dari isi hati saya. Dan saya tidak lagi merasa insecure deh hehe...

Kesimpulannya

Yah, beginilah endingnya... (Sumber: Unsplash)
Yah, beginilah endingnya... (Sumber: Unsplash)

Merasa tersisihkan dari society? Jelas iya. Awalnya seperti. Tapi kalau sudah dibiasakan dan ditahan malunya, lama-lama rasa tersisihkan itu tidak akan meradang lagi. Anda akan terbiasa dengan rasa itu dan lambat laun bakal menjadi orang yang bebas bergerak, tanpa harus takut akan pandangan orang lain. 

Apa salahnya menjadi pemalas? Jika itu sesuai dengan isi hati Anda, Anda nyaman dengan sebutan itu, dan berani menjalani hidup sebagai seorang pemalas, maka akui saja sejujurnya. Taka apa-apa; tak perlu takut dengan cap orang sekitar. Jika Anda dihina dan direndahkan lantaran kemalasan Anda, cukup tutup telinga rapat-rapat dan jadilah diri sendiri! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun